Masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang, pada dasarnay menyangkut 2 aspek utama. Yang pertama ialah aspek fisik, misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit sedangkan yang kedua adalah aspek non-fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu dan masyarakat.
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat berupa pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap), maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
Perilaku aktif dapatlah dilihat (overt) sedangkan perilaku pasif tidaklah tampak, sepeti misalnya pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku misalnya Bloom membedakan antara perilaku kognitif (yang menyangkut kesadaran atau pengetahuan), afektif (emosi), dan psikomotor (tindakan/gerakan).
Ki Hajar Dewantoro menyebutnya sebagai cipta (peri akal), rasa (peri rasa), dan karsa (peri tindak). Ahli-ahli lainnya menggunakan istilah pengetahuan, sikap dan tindakan yang acap kali disingkat dengan KAP (knowledge attitude practise).
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (secara positif dan negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional/afektif (senang , benci, sedih, dsb) Disamping komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan berindak), sedangkan pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda/hal secara obyektif. Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.
Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam dan luar individu. Disamping sistem susunan saraf yang mengontrol reaksi individu terhadap segala rangsangan, aspek-aspek di dalam diri individu yang juga sangat berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi.
Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman, serta pengalaman masa lalu.
Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan. Dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan/perilaku. Motivasi yang rendah biasanya menghasilkan tindakan yang juga kurang kuat.
Selain itu perilaku dipengaruhi pula oleh emosi atau perasaan individu. Emosi ini berkaitan dengan kepribadian individu