Olahraga merupakan salah satu aspek kehidupan yang erat hubungannya dengan kesehatan dan sangat bermanfaat bagi kesehatan individu maupun masyarakat. Aktivitas olahraga sejak 20 abad yang lalu telah dianggap sebagai bagian dari usaha untuk mempertahankan kebugaran. Hipocrates (460-377SM) menyatakan bahwa apabila individu mendapat makanan dan latihan yang tepat maka ia akan menjadi sehat.
Sejalan dengan pencanangan slogan “Move For Health” WHO (2009) bahwa aktivitas fisik erat kaitannya dengan olahraga dimana semakin sering berpartisipasi penuh dalam aktivitas fisik pada seluruh waktu (waktu senggang dan waktu bekerja), meningkatkan partisipasi dalam aktivitas fisik melalui olahraga, pertandingan atau kompetisi, dan forum sosial-kultur lainnya maka semakin sehat seseorang, sehingga munculah berbagai kelompok prestasi, hobi dan rekreasi dalam lapisan masyarakat.
Olahraga merupakan kegiatan yang mengorganisasikan suatu gerakan tertentu yang terencana, seperti yang diungkapkan Rusli Lutan dkk (1991 : 57) mengenai pengertian olahraga. Olahraga ialah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas maka kegiatan olahraga memerlukan suatu persiapan fisik yang baik, apa lagi kalau olahraga tersebut mengarah pada olahraga prestasi.
Kecepatan maksimal manusia dalam berlari diyakini bisa mencapai 55 hingga 65 km per jam. Selama ini, kecepatan berlari manusia hanya sekira 44 km per jam. Rekor tersebut dipegang pelari tercepat dunia, Usain Bolt di kategori lari jarak 100 meter.
Demikian diungkapkan dalam sebuah jurnal biologi, Journal of Applied Physiology. Arikel tentang kecepatan manusia berlari ditulis oleh Peter Weyand dari Southern Methodist University, Rosalind Sandell dan Danille Prime dari Rice University serta Matthew Bundle dari University of Wyoming. “Pandangan yang ada selama ini menunjukkan bahwa batas kecepatan maksimal dipengaruhi oleh kekuatan otot untuk mendorong anggota tubuh untuk berlari, dan itu merupakan salah satu alasan yang masuk akal, kami mencoba untuk mengetahui lebih jauh mengenai kontraksi otot,” kata Weyand seperti diberitakan Times of India, Selasa (26/1/2010).
Menurut Weyand seseorang bisa membayangkan bila seorang sprinter mampu mencapai kekuatan maksimal kontraksi otot antara 800 hingga 1.000 pound maka secara biologis manusia mampu lebih cepat, mengingat kontraksi otot maksimal yang dilakukan manusia hanya terjadi pada satu bagian otot tungkai sedangkan yang lainnya hanya mendukung.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan treadmill berkecepatan tinggi yang mampu membuat manusia berlari pada kecepatan maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas kecepatan lari ditentukan oleh kemampuan kecepatan serat otot berkontraksi. Namun, diakui para peneliti bahwa kecepatan manusia 55 hingga 65 km per jam sulit untuk terjadi. (rah)