Obat Osteoporosis Bisa Bikin Penyakit Mata


Obat Osteoporosis Bisa Bikin Penyakit MataPengguna pemula obat osteoporosis yang disebut oral bisphosphonates bisa jadi berisiko tinggi mengalami penyakit peradangan mata yang serius. Beberapa peradangan mata bisa terjadi akibat obat ini.

Hal tersebut berdasarkan penelitian sebuah penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal CMAJ.

 

Oral bisphosphonates seperti Fosamax dan Actonel adalah obat yang paling banyak diresepkan untuk mencegah atau memperlambat osteoporosis, suatu penyakit yang menyebabkan tulang-tulang menjadi sangat lemah.


penelitian sebelumnya juga telah mengaitkan obat-obatan tersebut dengan masalah seperti patah tulang yang tidak biasa, detak jantung yang tidak teratur, serta kanker esofagus dan kanker usus besar.

BACA JUGA:  Penyakit Tipes dan Gejalanya

Selain itu, beberapa kasus lainnya melaporkan adanya keterkaitan antara obat-obatan tersebut dengan peradangan pada mata –uveitis anterior dan scleritis– yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan serius.

Uveitis adalah peradangan pada bagian mata yang disebut uvea yang terdiri dari iris, koroid dan corpus siliaris. Klafisikasinya tergantung pada bagian uvea yang terkena yaitu Uveitis Anterior, Uveitis Intermediate, Uveitis Posterior dan Pan Uveitis. Sedangkan scleritis adalah peradangan pada bagian putih mata (sclera).

BACA JUGA:  Penyebab dan Pencegahan Osteoporosis

Dalam penelitian baru ini, peneliti dari Kanada membandingkan 11.000 pengguna pemula dari oral bisphosphonates dan 920.000 bukan pengguna. Pengguna pemula memiliki tingkat insiden 29 per 10.000 orang/tahun untuk penyakit uveitis dan 63 per 10.000/tahun untuk scleritis, dibandingkan dengan masing-masing 20 per 10.000 dan 36 per 10.000 bukan pengguna. Hitungan per-orang/tahun ditentukan dengan mengalikan jumlah partisipan dengan jumlah tahun masa konsumsi obat.

BACA JUGA:  Asap Tembakau Hasilkan Polutan Lebih Banyak dari Mesin Diesel

“Kami menemukan bahwa pengguna pemula dari bisphosphonates berada pada resiko tinggi untuk mengalami penyakit scleritis dan uveitis,” kata Dr. Mahyar Etminan dari Child and Family Research Institute dan Department of Medicine di University of British Columbia seperti dilansir dari MSN Health.

“penelitian kami menyoroti perlunya para dokter untuk menginformasikan tanda-tanda dan gejala scleritis dan uveitis pada pasien sehingga dapat dicari pengobatan yang tepat dan komplikasinya dapat dihindari,” tambahnya.