Di Tepian Senja


……………………..
Nanar mata menatap ufuk
Saat cakrawala di Barat Daya menumpah rona
Gemerlap cahya keemasan menghambur
menghantar sisa-sisa kehangatan siang tadi
Ada bayangMu,
tersisa menguak pintu hati yang menutup sejak sebuah kepergian –dulu–,

Hilir mudik kendara memecah sunyi sore
Ketika searak awan mengeping matahari
Di sini, di relung terdalam hati
Ada gundah bersemayam;
tapi entah untuk siapa, pun tak tahu kepada siapa

 

Terima kasih gundah,
Karena t’lah mengajariku merenungkan makna sebuah perjumpaan dan ucapan “terima kasih”,
Terima kasih gundah,
Sebab t’lah mengantarkan kepadaku sebuah pensaran yang memungkinkan segala kemungkinan
Terima kasih gundah,
Semoga bisa (lagi) menemuiMu,
meski mungkin lain kali
…………………………………..

BACA:  Cacar Kolonial dan Clash of Mind

16.49 Wita, Rabu