Setelah sebelumnya telah dibahas tentang gambaran umum, etiologi, epidemiologi dan patofisiologi serta diagnosis leukemia pada anak, maka pada artikel ini kita akan menuntaskan penjelasan seputar tata cara penatalaksanaan atau pengobatan penyakit leukemia pada anak.
Sebagaimana diketahui, leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi yaitu jenis pengobatan dengan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia.
Penatalaksanaan Leukemia Pada Anak
Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pada jenis penyakit leukemia tertentu dilakukan terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker.
Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, menggunakan terapi biologi jenis antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia.
Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
Jalan terapi selanjutnya dapat dilakukan melalui radioterapi dengan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.
Sebuah mesin besar mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini.
Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.
Pengobatan leukemia berbeda-beda tergantung jenis dan stadiumnya.
Pengobatan leukemia kronik tidak seagresif leukemia akut. Untuk pengobatan leukemia kronik, obat yang diberikan lebih sederhana dan dapat diberikan secara diminum.
Tujuannya hanya untuk mengendalikan pertumbuhan sel kanker. Leukemia kronis dalam perjalanan penyakitnya dapat kambuh dan menjadi leukemia akut. Pada fase kambuh tersebut, pengobatan dilakukan sesua dengan terapi leukemia akut.
Untuk pengobatan leukemia akut, bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker sampai habis. Pelaksanaanya secara bertahap dan terdiri dari beberapa siklus. Tahapannya adalah induksi (Awal), konsolidasi dan pemeliharaan.
Tahap induksi bertujuan memusnahkan sel kanker secara progresif. Tahap konsolidasi untuk memberantas sisa sel kanker agar tercapai sembuh sempurna.
Tahap pemeliharaan berguna untuk menjaga agar tidak kambuh. Terapi yang biasa dilakukan antara lain pemberian kemoterapi, radioterapi dan juga transplantasi sumsum tulang.
Terobosan terbaru adalah transplantasi sel induk/sel tunas (stem cell). Contoh penggunaan terapi stem cell yang sudah sering didengar adalah tranplantasi sumsum tulang untuk penderita keganasan hematologis seperti leukemia maupun kelainan genetik seperti thalassemia.
Kesulitan cara ini adalah pemenuhan syarat mutlak kecocokan HLA (Human Leucocyte Antigent) 100% antara donor dan resipien (penerima). Di samping stem cell dari sumsum tulang, diusahakan pula stem cell dari darah tepi dengan teknik penyaringan tertentu.
Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru.
Ada dua jenis sumsum tulang: sumsum merah (dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel darah putih dihasilkan dari sumsum merah.
Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.
Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak digantikan dengan sumsum tulang yang sehat.
Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
Transplantasi sumsum tulang dapat menggunakan sumsum tulang pasien sendiri yang masih sehat. Hal ini disebut transplantasi sumsum tulang autologus.
Transplantasi sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang lain. Bila didapat dari kembar identik, dinamakan transplantasi syngeneic.
Sedangkan bila didapat dari bukan kembar identik, misalnya dari saudara kandung, dinamakan transplantasi allogenik. Sekarang ini, transplantasi sumsum tulang paling sering dilakukan secara allogenik.
Kenapa transplantasi sumsum tulang diperlukan dalam pengobatan leukemia?
Alasan utama dilakukannya adalah agar pasien tersebut dapat diberikan pengobatan dengan kemoterapi dosis tinggi dan atau terapi radiasi. untuk mengerti kenapa transplantasi sumsum tulang diperlukan, perlu mengerti pula bagaimana kemoterapi dan terapi radiasi bekerja.
Kemoterapi dan terapi radiasi secara umum mempengaruhi sel yang membelah diri secara cepat. Mereka digunakan karena sel kanker membelah diri lebih cepat dibandingkan sel yang sehat.
Namun, karena sel sumsum tulang juga membelah diri cukup sering, pengobatan dengan dosis tinggi dapat merusak sel-sel sumsum tulang tersebut.
Tanpa sumsum tulang yang sehat, pasien tidak dapat memproduksi sel-sel darah yang diperlukan. Sumsum tulang sehat yang ditransplantasikan dapat mengembalikan kemampuan memproduksi sel-sel darah yang pasien perlukan.
Sumber utama stem cell dalam tubuh tampaknya bukan sumsum tulang, melainkan cairan ari-ari (umbilical cord blood). Perkembangan sumber stem cell mencapai ke arah yang lebih baik yaitu dari darah tali pusat.
Stem cell dari darah tali pusat cenderung lebih baik, karena lebih “murni” dari perubahan ciri genetik daripada setelah tumbuh dewasa.
Perubahan genetik tersebut bisa terjadi oleh pengaruh infeksi ataupun faktor lingkungan (misalnya radiasi). Sel tunas pada ari-ari lebih segar, lebih plastis, dan lebih aktif ketimbang sel tunas dari sumber lain.
Meskipun demikian, sel terbaik untuk dijadikan sumber stem cell adalah sel embrionik manusia, yang muncul pada embrio bayi yang berumur sekitar 7 hari.
Sel ini merupakan sel-sel blastosit yang paling gesit. Namun, sampai saat ini, pengambilan sel tunas dari sumber ini masih menjadi kontroversi karena hal tersebut sama dengan membunuh sang janin.
Pada umumnya, Stem cell terletak di area tersembunyi yang kurang oksigen pada sumsum tulang. Sel-sel ini muncul ketika tubuh mengalami luka, menuju ke dalam sel otak ketika terjadi stroke, menyelinap ke sel darah merah ketika nyeri akibat leukemia muncul, dan seterusnya.
Salah satu kelebihan sel tunas ini yaitu meski disuntik ke berbagai pembuluh darah, ia tak pernah lupa jalan pulang ke sel awalnya (sel yang mengalami cedera).
Darah tali pusat juga belum mengandung sel-sel imun yang relatif matur, sehingga reaksi penolakan imunologis lebih rendah.
Dengan demikian, darah tali pusat bisa ditransplantasikan ke pasien lain tanpa harus mendapatkan kecocokan HLA 100%.
Kecocokan sekitar 60% sudah mampu mencegah reaksi penolakan. Dalam perkembangannya, tentu bukan hanya penyakit darah yang diharapkan bisa diatasi dengan terapi stem cell.
Pengobatan stem cell dilakukan dengan menyuntikkan sel tunas ke dalam sel yang rusak di organ tubuh. Pasien akan mendapatkan stem cell yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher.
Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari stem cell hasil transplantasi ini. Setelah transplantasi sel induk, pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu.
Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.
Efek samping transplantasi sumsum tulang tetap ada, yaitu kemungkinan infeksi dan juga kemungkinan perdarahan karena pengobatan kanker dosis tinggi.
Hal ini dapat ditanggulangi dengan pemberian antibiotik ataupun transfusi darah untuk mencegah anemia. Apabila berhasil dilakukan transplantasi sumsum tulang, kemungkinan pasien sembuh sebesar 70-80%, tapi masih memungkinkan untuk kambuh lagi. Kalau tidak dilakukan transplantasi sumsum tulang, angka kesembuhan hanya 40-50%.
Prognosis Leukemia Pada Anak
Prognosis leukemia pada anak dapat dikategorikan menjadi:
- Tanpa pengobatan : > 50 % meninggal ? < 6 bulan
- Pengobatan adekuat : > 60% sembuh ? cALL
Faktor resiko untuk ALL :
- Umur : < 1 tahun dan > 10 tahun
- Leukosit : < 50.000 / mm3
- Kelamin : laki – laki
- Massa mediastinal
- Leukimia SSP
- Jenis leukemia : ALL sel T, sel B dan pre B
- Kromosom Philadelphia
Penyebab kematian pada leukemia :
- Infeksi – sebab kematian utama
- Perdarahan gastrointestinal dan intrakranial.