Seseorang dikatakan menderita diare bila konsistensi tinja cair berwarna kehijauan. Sedangkan frekuensi merupakan faktor kedua. Diare terjadi akibat proses penyerapan air dan garam isi usus besar oleh dinding usus kecil terganggu karena adanya peradangan di selaput lendir. Maka peristaltik atau gerakan ususnya pun bertambah kuat sehingga tinja yang masih mengandung banyak cairan dikeluarkan lebih cepat.
Tipe diare ada yang akut, ada yang kronik. Penyebabnya bermacam-macam, bisa akibat virus (travellers diarrhoea), di mana virus melekat para permukaan sel mukosa usus dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel usus. Di sini penyerapan menjadi menurun dan pengeluaran air dan elektrolit meningkat.
Diare juga bisa karena enterotoksin atau racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium dan Staphylococcus yang menghasilkan endotoksin atau parasit.
Yang terbanyak adalah diare karena infeksi bakteri E. coli atau yang agak jarang Shigella, Entamoeba hystolytica, Salmonella sp, V.eltor, V.cholerae, serta bakteri non-patogen yang tumbuh berlebihan. Diare bakterial atau invasif terjadi kalau bakteri dalam makanan yang terinfeksi masuk menyerbu ke dalam mukosa.
Di situ bakteri memperbanyak diri, menghasilkan toksin yang selanjutnya diserap ke dalam darah, menimbulkan gejala yang hebat: demam tinggi, kejang, mencret berdarah dan berlendir. Supaya tidak mengakibatkan diare yang berkepanjangan (lebih dari 14 hari), tentu harus segera diobati.
Diare yang sifatnya kronik, a.l. bisa karena penyakit-penyakit seperti kanker usus besar, kanker pankreas, cacingan, peradangan usus besar yang berkepanjangan, kerusakan mukosa usus, gangguan imunologik, dll.
Penyebab lain adalah penyinaran sinar Rontgen atau tidak tahan terhadap antibiotika tertentu (penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol) yang tujuan sebenarnya untuk memusnakan kuman penyebab penyakit, tapi adakalanya mengenai bakteri usus yang bermanfaat.
Diare juga bisa akibat intoleransi dan malabsorpsi terhadap makanan tertentu (lemak, laktosa, pedas), infeksi di luar usus (radang napas, ensefalitis, dll). Sebab lain, alergi terhadap makanan dan minuman, gangguan gizi atau kekurangan enzim, serta pengaruh saraf saat dalam keadaan takut, cemas, terkejut.
Awas dehidrasi
Yang perlu dihindari bila kita terserang diare adalah mencegah terjadinya dehidrasi, sebab ini bisa berakibat fatal. Tingkat keparahan dehidrasi dapat digolongkan sbb:<
Dehidrasi ringan (kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badan semula). Diare berlangsung sekali tiap 2 jam atau lebih. Gejala lain: rasa haus, gelisah, tapi elastisitas kulit bila dicubit masih baik dan penderita masih sadar.
Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5-10% dari berat badan semula). Diare semakin sering dengan volume lebih besar. Gejala lain terasa haus, gelisah, pusing jika berubah posisi, pernapasan terganggu, ubun-ubun dan mata cekung, elastisitas kulit lambat.
Dehidrasi berat (kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan semula). Diare hebat disertai muntah. Gejala lain: mengantuk, lemas, berkeringan dingin, kulit kaki dan tangan keriput, kejang otot, pernapasan cepat dan dalam, ubun-ubun dan mata sangat cekung, elastisitas kulit sangat lambat.
Dalam keadaan darurat, dehidrasi ringan dapat diatasi dengan memberikan cairan elektrolit/oralit yang cukup dilarutkan dalam air minum. Lalu diberikan obat antidiare biasa. Bila larutan oralit tidak tersedia, kita dapat membuat larutan gula-garam dengan komposisi 1 sendok teh munjung gula pasir + 1/4 sendok teh garam + 200 cc air matang hangat.
Atau bisa juga dicoba dengan air as, air kelapa atau kaldu sayuran (tanpa lemak). Sedangkan pada dehidrasi sedang sampai berat, dalam keadaan darurat juga diberikan oralit sebelum dibawa ke rumah sakit.
Penderita perlu segera dilarikan ke rumah sakit terutama kalau penderita muntah terus sehingga oralit tidak bisa masuk, tidak kencing selama 6 jam, tinja telah bercampur darah, terus menerus diare tanpa henti.
Di rumah sakit biasanya pasien segera diberi cairan rehidrasi parenteral seperti Ringer Laktat atau Darrow Glukosa. Oralit atau garam rehidrasi oral tadi merupakan campuran garam dan gula dalam perbandingan mirip dengan cairan tubuh.
Larutan ini penting diberikan pada penderita diare, terutama pada penderita anak-anak atau lansia, guna menggantikan air yang hilang akibat diare, muntah, berkeringat.
Pasangan glukosa dan garam Na dapat diserap baik oleh usus penderita diare. Na merupakan ion yang berfungsi allosterik(berhubungan dengan penghambatan enzim karena bergabung dengan molekul lain), dengan kemampuan meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel.
Gula dalam larutan NaCl (garam dapur) juga berkhasiat meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus secara kuat (sekitar 25 x lebih banyak daripada biasanya). Takaran umum oralit, 1 bungkus oralit 200 cc dimasukkan ke dalam 1 gelas belimbing air, diaduk sampai larut.
Oralit diberikan ke penderita sedikit demi sedikit dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan 1 sendok oralit, tunggu 5- 10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit. Usahakan jumlah yang diberikan 10-15 cc/kg BB/jam. Jumlah ini sesuai dengan kecepatan pengosongan lambung.
Efek samping hanya dapat terjadi pada takaran terlalu tinggi atau terlalu pekat yang bisa mengakibatkan rasa kantuk, lidah bengkak, denyut jantung cepat, kulit memerah.
Untuk menghindari terbukanya luka-luka usus atau perdarahan, hendaknya penderita diare beristirahat total. Perlu juga melakukan diet makanan yang merangsang (asam, pedas) serta makanan yang tidak mudah dicerna (berserat tinggi) dan berlemak.