Maaf, Israel itu di Mana ya?


Kutipan Wawancara dengan Fredrick Toben

Direktur Adelaide Institute di Australia, Fredrick Toben meyakini bahwa Israel diciptakan atas dasar mitos Holocaust. Pada tanggal 19 Desember, Mehr News Agency melakukan wawancara dengan Toben untuk menanyakan mengapa negara-negara Barat begitu marah ketika Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad yang mengatakan bahwa Holocaust hanya mitos. Apa jawaban Toben tentang hal ini, berikut petikan wawancaranya yang dimuat oleh situs tehrantimes, Kamis (29/12).

 

Presiden Iran mengatakan bahwa ia berfikir Holocaust hanya sebuah mitos dan kebohongan tapi beberapa negara Eropa bersikeras menyatakan bahwa jutaan warga Yahudi tak berdosa dibunuh oleh Hitler pada Perang Dunia II. Untuk itu ia menanyakan mengapa Eropa tidak memberikan sebagian wilayahnya untuk bangsa Yahudi, jika memang keyakinan orang-orang Eropa itu benar. Bagaimana pandangan anda tentang hal ini?

Holocaust adalah sebuah kebohongan karena tak satupun dari tiga pilar utama yang bisa mendukung keyakinan itu secara faktual benar atau terbukti.

Pertama, soal Jerman-Hitler yang secara sistematis memusnahkan Yahudi Eropa. Tidak ada bukti yang kuat untuk klaim ini, yang ada adalah perpindahan orang-orang Yahudi. Bersama-sama dengan Yahudi Zionis, Yahudi Jerman tiba di Palestina dengan harta benda mereka. Yahudi lainnya pindah ke luar wilayah Jerman dan Auschwitz adalah sebuah kamp tempat transit.


Kedua, soal pembunuhan besar-besaran yang dilakukan di kamar-kamar eksekusi dengan menggunakan gas kimia. Secara teknis, hal itu tidak mungkin terjadi karena bisa anda coba berapa lama waktu yang dibutuhkan, misalnya untuk membunuh satu juta orang –jumlah yang sama dengan penduduk Adelaide– tanpa seorangpun yang menemukan tentang hal itu.

(Dalam hal ini ia membandingkan kebohongan Bush tentang invasi ke Irak) Dunia dengan cepat tahu bahwa Presiden Bush berbohong tentang senjata pemusnah massal di Irak-kebohongan itu bahkan tidak berakhir dalam satu tahun.

Ketiga, katanya ada 6 juta Yahudi yang dibunuh-angka ini cuma dongengan-dan meskipun pada satu waktu jumlah Yahudi yang dibunuh di Auschwitz diklaim sebanyak 4 juta orang, kemudian turun menjadi 1-1,5 juta dan sekarang malah disebut sekitar 500 ribu orang, tapi angka 6 juta masih tetap diyakini. Mengapa?

Setiap orang mempertanyakan tiga poin tadi sekarang dipenjarakan-dan para Revisionis harus harus menanyakan tiga pertanyaan tadi jika mereka mau mengetahui fakta sebenarnya tentang kisah Holocaust.

BACA:  Etika Kedokteran Indonesia dan Penanganan Pelanggaran Etika di Indonesia

Jika mereka benar, tentu saja mereka bisa membuktikannya sebagai fakta sejarah. Tapi, mengapa mereka selalu menghindari diskusi tentang Holocaust?

Dunia internasional marah pada kata-kata Presiden Iran yang secara jelas mengungkapkan pandangannya bahwa paska Perang Dunia dua tatanan kekuatan dunia sama-sama terperangkap oleh mitos Holocaust.

Anda memulainya dengan menyatakan sebuah fakta bahwa Yahudi dipindahkan ke luar Eropa. Kemudian anda melebih-lebihkan penderitaan mereka saat pemindahan itu pada orang-orang Yahudi-dan tak seorangpun yang membantahnya. Kemudian sebuah kebohongan diciptakan bahwa orang-orang Yahudi di-gas karena Hitler membenci mereka.

Perang Dunia II lebih dari hanya seorang Hitler dan orang Yahudi. Hitler memutus ekonomi Jerman dari para predator internasional yang menganut kapitalisme-dan melakukan barter secara bebas antar negara yang menolak untuk masuk perangkap utang yang utamanya dikendalikan oleh lembaga keuangan internasional Yahudi.

Karena Holocaust adalah kebohongan, maka harus dilindungi secara legal. Reaksi histeris para pemimpin dunia mengindikasikan bahwa Zionis memiliki kekuatan baik secara individual maupun di pemerintahan-pemerintahan. Holocaust pun menjadi semacam agama. Di negara-negara Eropa anda boleh mengkritik atau menghina Yesus, Bunda Maria dan sebagainya, tapi anda tidak boleh mengkritisi Yahudi dan ‘Holocaust’ nya itu.

Gemar Rudolf telah menulis laporan yang pasti dalam The Rudolf Report. Isinya menyangkal klaim bahwa pembunuhan dengan gas itu terjadi di Auschwitz. Beberapa orang lainnya juga sudah menerbitkan laporan serupa.

Fritjof Meyer- dari kelompok sayap kiri di Jerman- menyatakan bahwa Auschwitz itu sendiri bukan sebuah kamp pembunuhan atau peng-gas-an, tapi pembunuhan dengan menggunakan gas beracun itu terjadi di dua rumah di tanah pertanian di luar kamp Auschwitz-Birkenau. Sampai detik ini, tidak seorangpun yang menemukan sisa-sisa rumah di tanah pertanian itu.

Mengapa Holocaust menjadi semacam dogma sementara pembunuhan massal lainnya yang terjadi di berbagai belahan dunia tidak terlalu mendapat perhatian?

Presiden Iran benar dengan apa yang dikatakannya-kebencian terhadap nya dan kata-katanya mengindikasikan betapa pernyataannya memiliki kekuatan, dunia mendengarkannya. Kenapa? Karena Holocaust menjadi pembenaran tindakan Yahudi terhadap rakyat Palestina.

Tanpa Holocaust, tidak ada alasan bagi Yahudi untuk melakukan pembersihan etnis di Palestina. Maka negara Zionis Israel, yang dikenal sebagai koloni Eropa, terus melakukan kebijakan rasis terhadap bangsa Palestina. Karena negara Yahudi sekarang terjadi dari Yahudi Eropa masa lalu yang diklaim mengalami ‘Holocaust’, adalah sebuah kebohongan. Maka, Israel dibangun atas dasar sebuah kebohongan.

BACA:  Kontroversi Holocaust

Mengapa para revisionis dilarang mendiskusikan Holocaust dan mengapa mereka yang mengungkapkan keraguannya terhadap Holocaust diperlakukan seperti yang melakukan bid’ah?

Sekutu yang terdiri dari Inggris, AS, Rusia, Inggris dan Perancis menjadi kontrol kekuatan Jerman di Eropa melalui mitos Holocaust. Keinginan Jerman untuk menjadi yang dominan di Eropa berhasil dikendalikan negara persekutuan itu. Pemusnahan bangsa Jerman dari Jerman berlanjut karena mereka merasa Jerman seiring dengan Nazi dan mereka yang tidak percaya akan Holocaust.

Kebijakan itu untuk membasmi orang Jerman sebagai sebuah etnis di negara Jerman. Banyak orang Jerman yang melihat ini sebagai Holocaust orang Jerman yang dilakukan dengan dalih multikulturalisme di mana orang-orang Jerman digantikan oleh orang-orang dari seluruh belahan dunia. Orang Jerman bukan lagi tuan rumah di negerinya sendiri. Ini sama dengan jika warga Kurdi dan Turki yang datang ke Iran berhasil mengambil alih pemerintahan.

Revisionis adalah orang-orang yang pariotis yang mencintai negara mereka-seperti orang Iran mencintai negara Iran. Sebagai orang Australia, anda dipenjara di Jerman. Apa alasannya?

Pada tahun 1997, saya melakukan riset tentang Holocaust dengan mendatangi sejumlah jaksa dan hakim di Jerman. Saya melakukan perjalanan lagi ke Jerman pada 1999 dan pada saat ini jaksa yang sama yang saya kunjungi pada tahun 1997 menangkap saya. Saya dipenjara selama 7 bulan di Mannheim. IRIB ikut berperan dalam hukuman penjara saya.

Ketika saya bebas pada tanggal 11 November 1999, saya berkunjung ke Iran selama satu minggu. Sambutannya baik. Itulah sebabnya saya datang lagi ke Iran untuk mengikuti Kongres Intifada pada 2001dan 2003. Iran adalah satu-satunya negara di mana rakyatnya tahu bahwa Holocaust adalah isapan jempol belaka.

Yang menjadi masalah bagi hukum Jerman adalah, jika anda mempertahankan diri anda menentang Holocaust dengan informasi-informasi yang faktual, itu dianggap sebagai bukti bahwa anda melakukan bid’ah dan anda dianggap memiliki ‘banyak energi kriminal.’ Ketika anda sudah di pengadilan, itu sudah cukup membuktikan anda bersalah.

BACA:  Rumah Sakit sebagai Lembaga Sosio – Ekonomi

Semakin anda membela diri, hukumannya makin berat, itulah sebabnya saya memilih diam di pengadilan. Dan tahun lalu, tanggal 8 November 2004, saya diajukan ke pengadilan lagi di Mannheim. Untungnya saya ada di Australia dan saya dilarang masuk ke Jerman karena saya dinyatakan sebagai orang yang tidak diinginkan.

Jadi, kalau saya pergi memenuhi panggilan pengadilan, saya akan ditangkap di perbatasan Jerman, lalu diadili dan jika saya membela diri, itu hanya akan menambah tuntutan kesalahan saya, akan lebih buruk buat saya. Saya lalu bertanya pada hakim apa yang harus saya lakukan, sampai sekarang tidak ada jawabannya.

Sekarang, perkembangan terbaru dimainkan oleh Horst Mahler. Ia menantang, jika Holocaust itu benar, maka harus dibuktikan di pengadilan. Mahler adalah salah seorang yang menyangkal Holocaust, di Jerman penentangan itu dianggap sebagai hasutan dan bisa terkena tuduhan pelanggaran rasial. Mahler mendasari keyakinannya pada buku Germar Rudolf dan kuliah-kuliah tentang Holocaust, yang menjadi argumennya bahwa aparat hukum Jerman harus membuka dirinya untuk informasi baru tentang periode sejarah yang disebut Holocaust.

Kontroversi ini juga menimbulkan masalah negara Jerman dengan Turki, ketika Jerman menuntut seorang penulis Turki yang dengan berani mengungkapkan tentang Armenian ‘Holocaust’, sebagai sebutan atas peristiwa pembantaian di Turki.

Catatan:

Dr Fredrick Toben, asli Jerman tapi dibesarkan di Australia dan menjadi warga negara Australia. Ia mampu berbahasa Inggris dan Jerman. Ia memiliki minat untuk membebaskan orang-orang Jermandari sikap anti rasis terhadap Jerman akibat legenda Holocaust. Awalnya ia mengedir jurnal-jurnal revisionis yang disebut Truth Mission yang kemudian diganti namanya menjadi Adelaide Institute Newsletter.

Toben kemudian memperluasnya dengan membuat situs untuk para revisionis. Dia secara pribadi juga sudah mengunjungi Auschwitz dan liang-liang yang ada di bawah kamar-kamar yang diduga digunakan sebagai kamar gas. Di sana, ia tidak menemukan empat lubang di atap yang disebut-sebut untuk mengalirkan gas ke dalam ruangan. Toben juga kerap melakukan dialog secara teratur dengan para ahli ‘pemusnahan’ etnis.