Mekanisme Transfusi Darah


Duapertiga dari semua transfusi sel darah merah dilakukan pada masa perioperatif dan kebanyakan diberikan di kamar operasi. Bahkan untuk keperluan menjaga proses homeostasis pada saat operasi kadang diperlukan transfusi trombosit dan komponen plasma.

Transfusi komponen-komponen darah ini telah terbukti dapat memperbaiki keadaan pasien, misalnya meningkatkan oksigenasi jaringan, dan mengurangi perdarahan yang terjadi. Itulah sebabnya sehingga pengetahuan tentang transfusi darah sangat penting bagi seorang ahli anestesi.

 

Transfusi darah harus dilakukan dengan indikasi yang jelas. Karena pada saat ini komplikasi yang paling ditakutkan akibat transfusi darah adalah penularan penyakit. Diantaranya hepatitis non-A, non-B (HCV) sebagai komplikasi terbanyak akibat transfusi, HTLV-I (human T-cell leukemia/virus limfoma tipe I dan CMV (sitomegalovirus) sampai infeksi yang paling ditakuti yang disebabkan oleh human imunodefisiensi virus (HIV).

Berdasarkan sistem antigen telah dikenal lebih dari 20 golongan darah. Untuk kepentingan klinik hanya dikenal dua sistem penggolongan darah yaitu sistem ABO dan sistem Rh. Sebagian besar pasien mempunyai sistem Rh+ (85%) dan sisanya (15%) sistem Rh-.


BACA:  Referat Kedokteran: Penyakit Glaukoma Akut

Jenis golongan darah dan kekerapannya (jenis Golongan Darah ABO) dapat diliat sebagai berikut:

golongan darah ABO

Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan berat badan. Makin aktif secara fisik seseorang, makin besar pula volume darahnya untuk setiap kilogram berat badannya. Seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel volume darah

Indikasi Transfusi Darah

Indikasi transfusi darah dan komponen-konponennya adalah:

  • Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
  • Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
  • Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
  • Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma subtitute atau larutan albumin.

Dalam pedoman WHO (Sibinga, 1995) disebutkan :

BACA:  Arti Air Bronchogram Dalam Kedokteran

1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.
2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.

Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen darah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Diperlukan pedoman dalam pemberian komponen-komponen darah untuk pasien yang memerlukannya, sehingga efek samping transfusi dapat diturunkan seminimal mungkin.

Lansteiner, perintis transfusi mengatakan : “Transfusi darah tidak boleh diberikan,kecuali manfaatnya melebihi resikonya”. Pada anemia, transfusi baru layak diberikan jika pasien menunjukkan tanda “Oxigen Need” yaitu rasa sesak, mata berkunang, berdebar (palpitasi), pusing, gelisah atau Hb <6 gr/dl.

Pemberian sel darah merah, sering digunakan apabila kadar Hb kurang dari 6 gr%, dan hampir tidak diperlukan bila Hb lebih dari 10 gr% dan kalau kadar Hb antara 6-10gr%, maka transfusi sel darah merah atas indikasi keadaan oksigenasi pasien.

BACA:  Enteritis Akut

Perlu diingat bahwa kadar Hb bukanlah satu-satunya parameter, tetapi harus diperhatikan pula faktor-faktor fisiologi dan resiko pembedahan yang mempengaruhi oksigenasi pasien tersebut. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb

Habibi dkk memberikan petunjuk bahwa dengan pemberian satu unit PRC akan meningkatkan hematokrit 3-7%. Indikasinya adalah:

  • Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
  • Hemoglobin
  • Hemoglobin
  • Hemoglobin
  • Hemoglobin

Dapat disebutkan bahwa :

Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL.