Enteritis Akut


Secara umum, enteritis (diare) adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal sekitar 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronis.

 

Enteritis akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam hingga 7 atau 14 hari. Infeksi merupakan penyebab utama enteritis akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menyebabkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, atau berbagai kondisi lain.

Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikroflora usus.

Faktor penyebab yang memperngaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.


BACA:  Referat Kedokteran: Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi Penyakit Kista Ovarium

Patogenesis Enteritis Akut

Patogenesis diare akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri terbagi atas dua, yaitu :

1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Toksin yang diproduksi oleh bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V. Cholerae, Enterotoksigenik E.Coli (ETEC), C. Perfringers, dan S. Aureus.

Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan meninggalkan dubur secara deras dan banyak (voluminous). Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretorik isotonik voluminal.

2. Bakteri enteroinvasif

Kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi dapat terjadi pada keadaan ini. Diare bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendiri dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enterinvasif E.Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. Perfringens tipe C.

BACA:  Referat Kedokteran: Konsep Dasar Transport Oksigen

Diare yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E. Histolitica), kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit dan zat makanan (G. Lamblia). Kandida dapat juga menyebabkan diare, tetapi patofisologinya belum cukup jelas. Diduga diare akiabt infeksi Kandida akibat superinfeksi dengan jasad renik lain dan keadaan tertentu seperti diabetes mellitus.

Patogenesis diare yang disebabkan oleh virus masih belum jelas. Diduga, virus merusak sel epitel mukosa usus walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air dan elektrolit.

Sebaliknya sel-sel kripti akan berproliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu, dapat pula terjadi kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi laktosa yang akhirnya dapat memperlama diare. Diare jenis ini dapat disebabkan oleh Cholera dan Rotavirus. . 4

Manifestasi Klinis Enteritis Akut

Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare. Kekurang cairan akibat diare akan menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.

Dapat terjadi gangguan biokimiawi, seperti asidosis metabolik dimana frekuensi napas pasien lebih cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).

BACA:  Referat Kedokteran: Patofisiologi dan Gejala Klinis Kejang Demam

Pada pasien diare dapat terjadi renjatan hipovolemik berat dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak dapat terukur, pasien gelisahmuka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang-kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritimia jantung.

Perfusi ginjal dapat menurun dan menyebabkan anuria sehingga bila kekurangan cairan tidak segera ditangani dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut.

Secara klinis, diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan :

1. Koleriform, diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, diare yang bisa didapatkan adanya lendir kental dan kadang-kadang darah

Diagnosis Enteritis Akut

Penegakan diagnosis Enteritis Akut dapat dilakukan melalui Anamnesis, Pemeriksaan Fisis dan Pemeriksaan Penunjang (urin lengkap, darah tepi lengkap, analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, pemeriksaan tinja lengkap).

Penatalaksanaan Enteritis Akut

Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri atas :

  1. Rehidrasi (prioritas pengobatan)
  2. Identifikasi penyebab diare akut akibat infeksi melalui pemeriksaan penunjang yang terarah (harus dibedakan antara diare koleriform dan disentriform)
  3. Terapi simptomatik, dapat diberikan antimotilitas/antisekresi usus dan antiemetik
  4. Terapi defenitif

Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.