Cacingan adalah salah satu penyakit yang tergolong tinggi kejadiannya di Indonesia. Penyebabnya hewan parasit berukuran mikro yang mengambil makanan dari usus yang berisi banyak sari makanan. Cacing masuk ke tubuh dalam fase larva merupakan penyakit endemis dan kronis yang bisa meningkat tajam pada waktu musim hujan dan banjir.
Larva cacing biasanya menyebar ke berbagai tempat untuk menginvasi tubuh manusia. Cacing memasuki tubuh melalui dua jalan yakni mulut saat makan makanan yang tidak dicuci bersih dan dimasak setelah terkontaminasi lalat yang membawa larva cacing, serta lewat pori-pori saat anak tak memakai alas kaki ketika berjalan di tanah.
Lewat cara ini larva masuk ke pembuluh darah dan sampai di tempat yang memungkinkan perkembangannya seperti di usus, paru-paru, hati dan sebagainya.
Perkembangannya membutuhkan waktu 1-3 minggu di tubuh manusia. Tahapan selanjutnya penderita biasanya kondisi gizi menurun sehingga kesehatan mereka terganggu. Bila dibiarkan terlihat kulit anak pucat, tubuh makin kurus serta perut membuncit karena kekurangan protein.
Pada kondisi sangat berat, cacingan bisa menimbulkan peradangan pada paru yang ditandai dengan batuk dan sesak, sumbatan di usus, gangguan hati, kaki gajah dan perforasi usus. Pada keadaan ini obat cacing tak lagi membantu secara optimal. Cacingan banyak didapati pada daerah dimana kondisi kebersihannya dibawah standar.
Cacing penyebab penyakit ini antara lain cacing gelang banyak ditemukan di daerah tropis berkelembaban tinggi. Cacing ini hidup di usus halus dan hanya hidup dalam tubuh manusia. Selain cacing gelang ada juga cacing cambuk yang banyak ditemukan di daerah tropis. Perbedaannya adalah tempat hidup yang lebih sering di usus besar dan sering dikaitkan dengan penyakit usus buntu pada anak.
Jenis lainnya cacing tambang sebagai jenis terbanyak ditemukan penyebarannya di seluruh dunia, biasanya masuk melalui pori-pori lewat tanah yang dipijak, kemudian cacing kremi sering menimbulkan gatal di daerah anus serta cacing pita yang siklus hidupnya sedikit berbeda karena biasanya hidup di tubuh hewan seperti sapi atau babi dan menyebar lewat konsumsi daging yang tidak dimasak dengan benar.
Untuk Pencegahan
Untuk mengobati cacingan, banyak obat cacing diberikan pada anak bertujuan untuk mengeluarkan cacing segera bersama feses hanya dalam dosis sekali minum. Sekilas terlihat simpel, kenyataannya banyak orangtua yang memberikan obat ini enam bulan sekali pada anak untuk mencegah penyakit ini.
Namun secara medis tidak semudah itu memutuskannya. Obat cacing yang dipilih harus diperhatikan benar karena tidak semuanya cocok pada anak.
Anjuran pemberian 6 bulan sekali sebenarnya didasarkan pada siklus hidup cacing agar tidak sampai berkembang menjadi dewasa. Bagaimana bila sebenarnya tidak ada serangan cacing pada anak, apakah obat ini mampu menjadi tindakan pencegahan?
Agaknya pertanyaan ini sering dijumpai dokter di prakteknya. Tujuan pencegahan tak sepenuhnya dibenarkan. Kuncinya ada pada masalah pemeriksaan. Anjuran terbaik sebenarnya ada pada pemeriksaan feses terlebih dahulu sebelum memutuskan pemberian obat cacing, terlebih orangtua yang menganggap tubuh kurus anaknya disebabkan cacingan.
Ada banyak kondisi kesehatan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan fisik, bila masalahnya tak terletak pada penyakit ini tentu pemberian obat cacing tidak tepat. Bila ditemukan larva cacing pada feses atau ada gejala lain yang lebih jelas, obat cacing perlu diberikan dan tak selamanya ukuran 6 bulan menjadi patokan karena sewaktu-waktu ada indikasi lain bisajadi dipertimbangkan lebih pendek dari 6 bulan.
Dalam keadaan tertentu terutama di daerah pinggiran yang higienitasnya belum terjaga, tindakan pemberian obat cacing masih rasional karena serangkaian penelitian medis yang pernah dilakukan sering menemukan tingginya persentase anak yang terserang cacingan, kesadaran penduduknya terhadap kesehatan masih kurang baik.
Tindakan pencegahan utama terhadap cacingan bukan terletak pada obat, namun pada penjagaan higienitas sehari-hari mulai lingkungan sekitar, tempat bermain anak, anjuran mencuci tangan dengan sabun, memakai alas kaki bila keluar rumah hingga kebersihan makanan sehari-hari seperti pencucian sayuran dan cara memasak yang benar.
(dr. Daniel Irawan)