Kata Tortikolis berasal dari bahasa Latin, torta (twisted = terputar) dan collum (leher). Tortikolis menggambarkan posisi abnormal leher.
Gangguan tortikolis yang paling sering ditemukan adalah Congenital Muscular Torticolis yaitu kondisi keterbatasan gerakan leher kongenital atau bawaan sejak lahir, dimana anak akan menahan atau memposisikan kepala pada satu sisi dengan dagu mengarah pada sisi yang berlawanan.
Spasmodik tortikolis adalah kekakuan dari pada otot-otot leher, yang disebabkan oleh kontraksi klonik atau tonik dari otot-otot servikal pada leher dengan gejala terjadi kekakuan pada sistem saraf dan terdapatnya hysteria.
Juga merupakan bentuk dari distonia dengan karakteristik intermitten dan gerakan involunter dari kepala yang rekuren bersamaan dengan terjadinya kontraksi dari otot leher.di-jalan-tol-dalam-kota-banjir-2007
Tortikolis terjadi pada 1 dari 10.000 orang dan sekitar 1,5 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur tetapi paling sering ditemukan pada usia antara 30-60 tahun.
Penyebab
Biasanya penyebabnya tidak diketahui. Kadang beberapa keadaan berikut bisa menyebabkan terjadinya tortikolis:
- Hipertiroidisme
- Infeksi sistem saraf
- Diskinesia tardiv (gerakan wajah abnormal akibat obat anti-psikosa)
- Tumor leher
Bayi baru lahir bisa mengalami tortikolis (tortikolis kongenitalis) karena adanya kerusakan otot leher pada proses persalinan.
Ketidakseimbangan otot mata dan tulang atau kelainan bentuk otot tulang belakang bagian atas bisa menyebabkan tortikolis pada anak-anak.
Etiologi dan patologi
Pada masa lalu terjadinya tortikolis adalah kegagalan pada otot leher dimana timbul hysteria yang berlebihan. Dimana gejalanya sama dengan kelainan yang disebabkan secara organik.
Ketika tortikolis diketahui berhubungan dengan efek voluter bentuk dari gejala yang ada adalah hysteria, dimana bentuk awal dari gejala ini adalah tic. Bentuk hysteria berasal dari yang merupakan respon dari pengobatan dari terjadinya kelainan emosional yang utama.
Spasme tortikolis ini disebabkan oleh keadaan keturunan dimana terjadinya dari gen autosomal dominan atau autosomal resesif.
Hal lain yang dapat menyebabkan ialah kelainan kongenital dari m.sternocleidomastoideus, kelainan dari servikal tulang belakang, hipoplasi dari tulang hemi atlas atau atlas.
Kelainan neurovaskuler yaitu kompresi dari N.XI (nervus aksesorius) oleh arteri vertebrae. Atau arteri serebral posterior inferior, adanya lesi unilateral pada mesencephalon atau diencephalon yang diakibatkan oleh encephalitis virus.
Dan ketidakseimbangan / gangguan keseimbangan metabolik antara thalamus dan basal ganglia. Penyebab lain yang tersering adalah kelainan fungsional dari mekanisme kontrol yang mengakibatkan gangguan reflek secara bilateral yang terjadi pada basal ganglia atau keseluruhan dari struktur yang meliputinya.1
Cassierer melaporkan pada kasus tortikolis terdapat perubahan degenerative pada korpus striatum dan berhubungan dengan sirosis pada hati, dan Foester (1933) melaporkan terdapat satu atau bilateral fokal lesi pada korpus striatum. T
arlof (1970) tidak dapat menunjukkan kelainan yang signifikan pada pemeriksaan patologis dari otak atas kelainan ini.2
Secara fisiologis tortikolis adalah kelainan bentuk atau posisi dari kepala. Perputaran posisi dari kepala diikuti dengan perubahan secara unilateral pada bagian leher dan terjadi aktivasi pada N.VIII (N.Vestibulokohlearis) yang gunanya untuk mempertahankan posisi dari kepala dan tortikolis kemungkinan disebabkan dari kelainan fungsi-fungsi diatas termasuk kalainan yang terjadi pada korpus striatum. Kelainan ini dapat terjadi pada laki-laki dan wanita dan onset terjadinya kelainan biasanya pada usia dewasa.
Beberapa keadaan berikut bisa menyebabkan terjadinya tortikolis:
– Hipertiroidisme
– Infeksi sistem saraf
– Diskinesia tardiv (gerakan wajah abnormal akibat obat anti-psikosa)
– Tumor leher.
Bayi baru lahir bisa mengalami tortikolis (tortikolis kongenitalis) karena adanya kerusakan otot leher pada proses persalinan. Ketidakseimbangan otot mata dan tulang atau kelainan bentuk otot tulang belakang bagian atas bisa menyebabkan tortikolis pada anak-anak.3,4
Gejala klinis
Perkembangan terjadinya tortikolis biasanya secara perlahan tapi bisa saja secara mendadak. Hal ini terjadi ketika terjadinya serangan hysteria.
Perputaran pada kepala diikuti dengan kontraksi pada otot servikal, kontraksi terjadinya pada bagian superficial dan bagian dalam dari otot leher, kontraksi dari otot yang terjadi yaitu sternocleidomastoideus, trapezius dan splenius.
Spasmodik tortikolis dapat saja terjadi pada remaja atau dewasa. Selalu didahului dengan adanya riwayat trauma pada leher. Onset terjadinya spasmodik tortikolis ialah intermiten terjadi saat rotasi dan fleksi pada kepala pada satu sisi.
Pada kebanyakan kasus gerakan dari kepala terjadi secara intermiten dan berhubungan dengan kontraksi dari otot leher yang terjadi secara periodik irregular.
Terjadinya gerakan bilateral sangat jarang terjadi. Gerakan-gerakan tersebut dapat direduksi dengan cara menempelkan tangan ke salah satu sisi kepala yang berlawanan atau dengan menempelkan sisi kepala yang berlawanan ke tembok.
Kontraksi dari m.sternocleidomastoideus menyebabkan rotasi yang berlawanan arah, ketika leher dilakukan fleksi bagian tepi dari otot leher mengalami kontraksi.
Rotasi pada leher dapat saja terjadi tanpa terjadinya fleksi lateral. Atau kepala dapat saja difleksikan ke salah satu sisi dimana dapat dilakukan rotasi setelah dilakukan fleksi tersebut.
Hal ini terjadi pada kontraksi dari m.sternocleidomatoideus pada salah satu sisi dimana m.splenius dan m.trapezius pada sisi yang berlawanan juga terjadi kontraksi.
Otot-otot yang ikut berkontraksi menjadi hipertropi. Kelainan awal yang terdapat pada tortikolis adalah tonik. Kemudian didikuti dengan perubahan posisi atau dapat saja terjadi pengulangan gerakan secara klonik, hal tersebut biasanya terjadi pada serangan hysteria.
Pasien sering menyadari tidak dapat melawan atau mengahambat dari terjadinya tortikolis. Rasa sakit terdapat pada otot servikal yang terjadi bersamaan arthritis dimana terjadi kompresi pada radix yang mengakibatkan adanya gerakan kepala secara involunter.
Reflek dan sensasi masih normal. Terjadinya tortikolis yang lama dapat menyebabkan spondilosis servikal.
Spasmodik tortikolis biasanya disertai komplikasi bleparospasme atau distonia mandibular dan writers cramp.
Sepertiga penderita juga mengalami kejang di daerah lainnya, yaitu biasanya di kelopak mata, wajah, rahang atau tangan. Kejang terjadi secara mendadak dan jarang timbul pada waktu tidur.
Tortikolis bisa menetap sepanjang hidup penderita dan menyebabkan nyeri berkepanjangan, terbatasnya gerakan leher serta kelainan bentuk sikap tubuh.
Diagnosis
Perbedaan antara tortikolis hysteria dan tortikolis organic sangat sulit dibedakan. Hysteria dapat saja dicurigai jika terjadi secara mendadak yang merupakan efek dari stres mental dan dapat dikontrol dengan melakukan relaksasi dan motivasi.
Melalui penyebab diatas dapat saja terjadi kelainan organic dimana hal tersebut paling sering ditemukan. Kjellin dan Stibler (1974) mengklaim fraksi alkalin di dalam isoelektrik pada sampel cairan serebrospinal dapat menentukan apakah kelainan ini organic yang berasal dari kasus hysteria, namun hasil penelitian ini harus dikonfirmasi lebih lanjut.
Kekakuan akibat tortikolis onsetnya juga dapat ditemukan pada congenital dimana pada hal ini terjadi fibrosis pada salah satu m.sternocleidomastoideus yang diikuti terjadinya hematom pada otot atau pada kelainan congenital terjadi kelainan pertumbuhan pada vertebrae servikal.
Sangat penting untuk mengetahui penyebab dari tortikolis miositis pada otot servikal, karier pada servikal tulang belakang dan adenitis pada kelenjar limfe servikal.
Pemeriksaan diagnosis
1. Elektromiografi (EMG) menunjukkan adanya kontraksi otot yang persisten pada otot leher termasuk m.sternocleidomastoideus, m.splenius capitus dan m.trapezius.
2. Pemeriksaan fungsi tiroid, hal ini harus dilakukan karena dapat saja terjadi perubahan pada tiroid yaitu hipertiroidisme. Beberapa pasien dapat saja memperlihatkan keadaan eutiroid.
3. Pemeriksaan MRI/CT-Scan pada servikal vertebrae harus dilakukan bila ada nyeri pada leher.
Penatalaksanaan
Hysteria tortikolis harus diterapi secara psikoterapi atau abreasi bersamaan dengan terjadinya gejala hysteria ( Peterson 1945) dan pasien harus diberikan pelumpuh otot (muscle relaxan), sedatif dan obat-obat penenang seperti klordiazepoxid (Librium) 10 mg 3-4 kali per hari atau diazepam (valium) 2-5 mg 3 kali sehari dapat diberikan.
Pemijatan dapat saja dilakukan untuk mengurangi rasa sakit yang ada. Tortikolis yang berasal dari organic tidak mempunyai respon terhadap pengobatan secara medis, meskipun telah didapatkan bukti dari pengobatan dengan menggunakan amantadin dan haloperidol ( Gilbert 1972 ).
Tetrabenazine juga dapat digunakan dan dapat berhasil pada tortikolis organik tetapi jarang, disebabkan harga yang mahal dan dapat menyebabkan Parkinson. Brudny dkk (1974) juga mengklaim terdapat manfaat dari mengajarkan pasien control secara folitional dengan menggunakan peralatan dari elektromiogram.
Kadang dilakukan pembedahan untuk mengangkat saraf dari otot yang mengalami kelainan. Pembedahan dilakukan jika pengobatan lainnya tidak berhasil.
Penatalaksanaan secara operatif telah dianjurkan. Finey dan Hughson (1925) memisahkan N.Aksesorius pada bagian atas servikal 3-4. Dandy (1930) menggabungkan N.Aksesorius dengan bagian sensori servikal dan motorik pada bagian kanal spinal.
Sorrensen dan Hamby (1966) telah melakukan pengamatan terhadap 71 kasus yang telah dilakukan operasi dan menemukan pasien yang telah dilakukan rhizotomi servikal anterior dan pemisahan bagian subarachnoid pada spinal mempunyai hasil yang bagus.
Terapi operasi ini dapat dilakukan jika sebelumnya pasien mendapat terapi toksin botulinum tetapi tidak menunjukkan perbaikan.
Pada tortikolis kongenitalis dilakukan terapi fisik yang intensif untuk meregangkan otot yang rusak, yang dimulai pada bulan-bulan pertama. Jika terapi fisik tidak berhasil dan dimulai terlalu lambat, maka otot harus diperbaiki melalui pembedahan.
Terapi
1. Kasus ringan menunjukkan respon yang baik terhadap benzodiazepine sama halnya pada diazepam 10-40 mg 4 hari. Atau lorazepam 3-6 mg selama 4 hari dalam 2-3 kali pemberian. Pada kasus yang sama terapi bisa dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan, hal ini dilakuakn untuk menghindari kekeringan pada mulut.
2. Dosis tinggi diberikan untuk Triheksilpenidil 20-40 mg/hari. Biasanya dosis ini diberikan kepada pasien yang menderita secara kronik.
3. Haloperidol 0,5 mg 2 kali sehari ditingkatkan hingga 5 mg selama 4 hari.
4. Baklofen dengan dosis tertinggi 120 mg/ hari menunjukkan hasil yang baik pada beberapa kasus.
5. Dengan melakukan pelatihan sensorik pada beberapa kasus menunjukkan hasil yang baik.
6. Injeksi pada 2 atau lebih otot leher dengan menggunakan toksin botulinum dibawah control EMG. Terapi sangat efektif terhadap gejala yang telah ada selama beberapa minggu atau bulan. Penggunaan terapi diatas memiliki efek samping disfagia. Injeksi diatas dapat diulang bila gejala kembali muncul.
7. Stimulasi pada bagian sensorik tertentu dapat dilakukan pada bagian anatomi tertentu. Stimulasi dilakukan berulangkali.
Prognosis
Tortikolis umumnya dapat diatasi tetapi dengan adanya kejadian hysteria maka hal yang harus dilakukan ialah terapi kejiwaan (psikoterapi), abreasi atau hypnosis.
Operasi radikal dari radikulotomi dan neurektomi memberikan hasil yang bagus pada beberapa kasus yang diduga penyebabnya adalah organic, meskipun kekakuan dapat terjadi setelah dilakukan operasi.