Prinsip Dasar Pengelolaan Cedera Olahraga


Terdapat prinsip dasar di dalam penanganan cedera olahraga, yakni: (1) mengendalikan inflamasi/peradangan. Cryo theraphy (pendinginan dengan es) dilakukan sekitar 15 menit, 2 kali sehari, selama 3 sampai 5 hari pasca trauma. Bandaging/pembebatan untuk kompresi dapat dilakukan dan dibanti pemberian obat anti peradangan, (2) kontrol nyeri. Istrahat dan imobilisasi dengan brace akan bermanfaat. Juga modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) untuk menyekat timbulnya rasa nyeri, (3) pemulihan ROM dan ekstensibilitas jaringan lunak. Pemberian exercise/latihan dimulai secara pasif dulu, kemudian aktif tapi dengan bantuan, dan akhirnya katif madiri. (4) pemulihan kekuatan otot. Begitu ROM pulih, latihan pemulihan kekuatan diawali dengan isometrik dengan tahanan manual, isotonic lali dilakukan uji isokinetic. Akhirnya dilakukan uji fungsional secara spesifik, (5) pemulihan daya tahan otot. Rangkaian latihan isometric memberikan peningkatan daya tahan otot. Perlengkapan aerobic dengan tahanan yang bervariasi diperlukan, (6) pelatihan kembali biomekanik. Yaitu dengan melatih olahragawan sesuai spesifikasi olahraganya. Teknik yang tepat diperlukan agar tidak berkembang pola pengganti yang nantinya dapat menimbulkan cedera yang berulang. (7) pemeliharaan fungsi kardiovaskuler, (8) peningkatan dan pemeliharaan kekuatan, fleksibilitas, pengkondisian, dan keterampilan. Pada tahap ini olahragawanlah yang bertanggung jawab untuk melakukannya secara mandiri, efektif tapi juga aman.

BACA JUGA:  Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Ruptur Tendon Achilles Pada Pemain Basket Ball

Keputusan yang paling sulit adalah menentukan kapan seorang olahragawan yang cedera dapat kembali berolahrga atau bahkan berkompetisi. Seorang olahragawan yang cedera dapat kembali aktif berolahrga hanya bila memenuhi criteria sebagai berikut:


(1) ROM full untuk kasus cedera leher dan punggung bawah.; 80% ROM untuk kasus cedera anggota gerak.

(2) kekuatan Normal dengan selisih kekuatan kurang dari 20% antara dua sisi anggota gerak yang sama.

(3) tidak ada gangguan niorologi, bengkak yang menentap,

BACA JUGA:  Pengertian Kecepatan

(4) tidak ada sendi yang tidak di cek instabilitasnya,

(5) mampu berlari tanpa rasa nyeri,

(6) tidak mengkonsumsi obat anti nyeri,

(7) telah mendapat instruksi mengenai: warmup yang sesuai, program fleksibilitas dan kekuatan, penggunaan es dan pemanasan secara tepat, penggunaan balut dan imobilitasi pada daerah yang cedera, melaporkan adanya peningkatan rasa nyeri dan timbulnya bengkak setelah laithan, dan

(8) telah mendapat infomasi tentang resiko cedera dan disabilitas di masa mendatang akibat cedera yang terjadi saat ini.