Teori Aktifitas


AFR exist diatas dasar konsep bahwa manusia secara alamiah terlibat dalam kegiatan dan di dalam proses keterlibatan itu akan diperoleh kesehatan dan kesejahteraan.

Aktifitas sangat bermanfaat untuk pemeliharaan kesehatan bagi mereka yang sehat dan pemulihan bagi mereka yang sakit atau cacat. Dengan kesibukan dalam kegiatan yang bertujuan dan bermanfaat dapat memberikan perubahan dalam perilaku maupun daya guna dari pola disfungsional, AFR sebagai fasilisator dalam proses perubahan yang dimaksud diatas.


CYNKIN : Disfungsi (mental dan kaku fisik) dapat berubah, disesuaikan menuju ke fungsional melalui aktifitas. Kekhasan AFR ada pada aktifitas, dengan dasar keyakinan bahwa :

  • Aktifitas merupakan karakter dan perlu didalam keberadaan manusia.
  • Pola aktifitas yang spesifik secara kultural dapat diketahui dan dimengerti dengan jalan memperbandingkan dengan apa yang berlaku dikelompok sosiokultural yang lain.
  • Dengan mempelajari pola aktifitas individual yang ada dibeberapa kelompok tersebutdapat ditemukan pola mana yang diterima dan mana yang tidak.
  • Individu dapat menemukan jalan hidup mereka secara memuaskan apabila dapat menjalankan satu set aktifitas yang diakui oleh kelompoknya dan juga dapat memenuhi kebutuhan/keinginan pribadinya.
  • Yang pola-pola aktifitasnya dapat disamakan dengan fungsi (kegunaannya)
  • Yang mana aktifitas-aktifitas itu sendiri secara sistematis dipilih dan dikombinasikan dalam pola pada setiap individu dan akan bermanfaat dengan tujuan pengembangan dan pemulihan fungsi.
BACA JUGA:  Konsep Dasar Aktifitas

Kesimpulan yang bisa diambil :

  1. Aktifitas dapat memenuhi banyak kebutuhan dan keinginan dari suatu individu, serta penting untuk perkembangan fisik maupun psikososialnya.
  2. Perubahan pola aktifitas dapat merubah dari disfungsional dari suatu individu.
  3. Individu mampu mengadakan perubahan dan ingin perubahan.
  4. Perubahan dilakukan melalui motorik, kognitif dan sosial learning.
  5. Aktifitas harus dianalisis untuk menentukan karakter, arti aktifitas itu sendiri bagi individual serta potensi sebagai alat perubahan.
  6. Analisis yang cermat dibutuhkan oleh okupasi terapis untuk tujuan terapi.
  7. Analisis harus dapat menghasilkan informasi mengenai kegunaan serta penerapan aktifitas sebagai strategi intervensi.