Bentuk-Bentuk Pemeriksaan Cerebellum


1. Tes hidung – Jari Tangan – Hidung

Tes ini dilakukan dengan meminta pasien menyentuhkan ujung jari telunjuknya secara bergantian kehidungnya dan ke jari tangan pemeriksa beberapa kali, dan pemeriksa menggerakkan jari tangannya ke sekeliling selama tes berlangsung pada jarak maksimum yang mampu dicapai pasien.


Dua sisi di tes secara terpisah. Lesi serebellum menyebabkan gerakan jari tangan dari satu sisi ke sisi yang lain meningkatkan amplitude waktu jari tangan mendekati sasaran. Pasien juga dapat melewati titik (past-point) ke satu sisi sasaran.

2. Tes Tumit-Lutut-Tulang kering

Posisi pasien tidur terlentang, selanjutnya minta pasien menempatkan tumitnya pada tungkai yang lainnya dan bergerak ke bawah menelusuri sepanjang tulang kering, dorsum pedis sampai ibu jari kaki. Pada gangguan cerebellum menyebabkan gerakan sentakan goyang sepanjang tulang kering.

3. Tes selanjutnya dalam posisi yang sama

Minta pasien menyentuh jari tangan pemeriksa dengan ibu jari kakinya dengan knee fleksi. Pemeriksa menggerakkan jari tangan ke sekeliling selama tes berlangsung.

BACA JUGA:  Hematoma (Memar)

4. Masih dalam posisi yang sama

Dapat juga dilakukan tes dengan meminta pasien menggambar angka delapan menggunakan ibu jari kakinya pada lantai atau dengan kaki dielevasikan. Pada ataksia, gerakan ini akan goyang dan tidak teratur.

5. Tes Irama

Gangguan irama merupakan ciri khas disfungsi cerebellum. Pemeriksaannya dengan meminta pasien bertepuk tangan dengan irama tertentu.

Contoh tepuk, tepuk, tepuk, istirahat-tepuk-istirahat-tepuk,tepuk,tepuk. Pasien dengan disfungsi cerebellum akan kesulitan menjaga dengan irama tepukan dengan tepat.

6. Tes pronasi-supinasi (Disdiadokokinesia)

Gangguan persarafan timbal-balik otot agonis dan antagonis, menyebabkan kehilangan kemampuan menghentikan satu kegiatan/gerakan dan mengikuti gerakan yang berlawanan dengan gerakan yang pertama.

Tes ini dilakukan dengan posisi duduk dan meminta pasien mengetuk tumitnya menggunakan telapak tangan dan punggung tangan secara bergantian. Tiap tangan di tes secara terpisah.

Dalam posisi yang sama (duduk di tepi bad) pasien diminta untuk melakukan gerakan pronasi-supinasi di atas paha secara bergantian. Pada gangguan cerebellum menyebabkan gerakan tersebut dilakukan secara lambat dan tidak teratur.

BACA JUGA:  Palpasi Jaringan Lunak (Axilla) di Area Klinik

7. Tes Rebound Gordon Holmes

Kemampuan mengkontraksikan segera otot antagonis setelah rileksasi agonis bersifat abnormal pada penyakit cerebellum, seperti gambaran pada tes berikut :

  • Dalam posisi duduk minta pasien menggenggam tinjunya dan dengan paksa memfleksikan elbownya melawan tahanan dan secara tiba-tiba pemeriksa menghilangkan tahanan tersebut. Normalnya dengan  hilangnya tahanan tersebut otot triceps akan berkontraksi seketika mencegah fleksi lengan lebih lanjut, tetapi pada gangguan cerebellum pasien tidak mampu menghentikan fleksi lengannya dan bahkan tinjunya dapat mengenai mulut pasien. Lengan bebas pemeriksa harus digunakan untuk melindungi pasien.
  • Pada posisi duduk atau berdiri, minta pasien meluruskan lengan horisontal didepannya, selanjutnya pemeriksa menekan kedua lengan pasien ke bawah lalu mendadak melepaskan tekanan tersebut. Pada gangguan cerebellum lengan akan bergerak ke atas. Cara ini memungkinkan pemeriksa untuk membandingkan kedua sisi secara serentak.
BACA JUGA:  Tujuan Terapi Latihan : Koordinasi, Balance, dan Skill Fungsional

8. Tes menghentikan lengan

Tes ini dilakukan dalam posisi berdiri minta pasien untuk menahan lengan di atas kapalanya (elevasi), lalu dengan cepat merendahkannya kesasaran yang telah ditentukan pemeriksa. Jika ada gangguan cerebellum, maka lengan akan berhenti di bawah sasaran atau bolak balik ke atas dan ke bawah di sekeliling sasaran.

9. Tes Menggambar Garis

Pemeriksa menggambar 2 garis vertical diselembar kertas, lalu meminta pasien menggambar garis horisontal yang menghubungkannya. Pasien penyakit cerebellum akan menggambar di bawah garis vertical ke dua.

10. Hipotonia

Flasiditas otot atau hipotonia sering terlihat pada penyakit cerebellum, dimana otot memperlihatkan penurunan tahanan terhadap gerakan pasif.

Hal ini dapat di tes dengan cara pasien duduk di tepi bad kedua tungkai terjuntai, selanjutnya pemeriksa mengetok lutut pasien dengan palu refleks dan tungkai bawah akan terayun mondar-mandir akan panjang menampilkan apa yang disebut dengan refleks pendulum.