Daya tahan tubuh yang menurun pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu fungsi sistem tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang (proses menua), walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Pada usia lanjut dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh, serta perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang akan mencapai puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun). Penurunan massa tulang lebih dipercepat pada wanita pasca menopause. Sama halnya dengan sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagian disebabkan oleh usia dan disuse. Dengan menambah aktivitas tubuh, dapat memperlambat proses kehilangan massa tulang, bahkan mengembalikannya secara temporer. Tetapi, tidak terdapat bukti nyata bahwa aktivitas yang intensif dapat mencegah secara sempurna kehilangan massa tulang tersebut. Latihan yang teratur hanya dapat memperlambat laju kehilangan massa tulang. Dengan demikian, hanya mereka yang mampu hidup pada usia yang sangat lanjut yang mungkin akan menderita berbagai komplikasi dari hilangnya massa tulang seperti osteoporosis dan fraktur.
Kelenturan merupakan salah satu komponen dari kebugaran. Jaringan ikat yang tidak fleksibel lebih mudah timbul trauma. Pada manusia usia lanjut, dijumpai kehilangan sifat elastisitas dari jaringan ikat.Proses disuse dapat menyebabkan pengerutan dari jaringan ikat sehingga kurang mampu mengakomodasikan berbagai pergerakan. Karena menjadi tidak fleksibel maka kelompok usia lanjut ini kurang dapat mentoleransi berbagai pergerakan yang berpotensi membawa kecelakaan dan lebih mudah terjatuh. Pada manusia berusia muda, diperkirakan kelenturan, kekuatan otot, dan koordinasi merupakan bufer dari kemungkinan trauma, tetapi bufer ini jelas berkurang, bahkan hilang pada kaum usia lanjut.
Selain dijumpai penurunan fungsi muskuloskeletal pada usia lanjut, sistem persarafan terutama kendali saraf juga mulai kurang berfungsi dengan baik dan bahkan hilang. Proses ketuaan akan menyebabkan hilangnya sel-sel otak secara perlahan. Ini bermanifestasi pada penurunan gerakan motorik halus dan koordinasi. Selain itu, juga ditemukan penurunan kecepatan konduksi saraf, pemanjangan waktu reaksi, perlambatan pengolahan data oleh sistem saraf pusat, dan penurunan fungsi propiosepsi serta keseimbangan. Disuse dapat mengeksaserbasi proses ini walau bukan merupakan satu-satunya penyebab penurunan fungsi saraf.