Perlu Diagnosis
Herbal tidak bisa diminum sembarangan karena respon tiap individu bisa berbeda satu sama lain. Meski punya keluhan sama, belum tentu herbal yang diberikan cocok antara satu pasien dan pasien lain. Karena itu, sebelum memberi pengobatan herbal, seharusnya ditentukan dulu diagnosis (jenis penyakit) pasien. Seperti pengobatan umumnya, diagnosis ini ditegakkan melalui wawancara dengan pasien, pemeriksaan fisik, dan kalau perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium atau radiologi. Bahkan jika perlu harus ditangani dulu oleh dokter spesialis atau sub spesialis.
Dari diagnosis ini akan diketahui pengobatan yang tepat untuk pasien. Tidak bisa disamakan penanganan antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Bahakan penyakit yang sama pun bisa berbeda penaganannya bagi setiap individu. Pengobatan yang tepat harus diawali dari diagnosis yang tepat.
OBAT HERBAL TANPA BAHAN KIMIA?
Kebanyakan orang mengira obat herbal adalah obat yang bebas kimia, sedangkan obat dokter/obat medis adalah obat kimia. Hal ini tidaklah tepat, karena setiap kandungan dari tanaman pasti mengandung bahan kimia. Bedanya bahan kimia dari tanaman sifatnya alami, sedangkan obat medis bahan kimianya buatan atau sintetis. Kalau boleh diistilahkan, obat herbal merupakan bahan kimia alami, sedangkan obat medis adalah bahan kimia sintetis, dan kedua-duanya merupakan bahan kimia.
Bahkan beberapa obat-obat modern yang ada saat ini lahir dari sebagian bahan herbal. Sebut saja quinine yang berasal dari tanaman kina sebagai obat malaria, dan vincristine (dari tanaman tapak dara) sebagai salah satu obat kanker. Kedua obat ini sebenarnya telah digunakan sejak dahulu sebagai obat tradisional, namun dosisnya belum dapat ditentukan. Baru setelah ditemukan suatu teknik pemurnian substansi yang efektif, takaran dan khasiatnya dapat diukur dan dikembangkan menjadi obat modern.