Ada tiga metode terapi penyuntikan, yaitu: metode coseasonal, preseasonal dan perennial. Kalau terapi dilakukan berdasarkan musim (coseasonal basis), penyuntikan dimulai dalam musim saat pasien mengalami gejala.
Metode ini sudah jarang dilakukan dalam beberapa tahun belakangan karena ternyata tidak efektif dan terdapat peningkatan resiko terjadinya reaksi sistemik.
Penyuntikan pada terapi preseasonal (preseasonal therapy) dilakukan 2 hingga 3 bulan sebelum gejala timbul sehingga tersedia waktu untuk terjadinya hiposensitisasi. Terapi ini dihentikan ketika musimnya tiba.
Terapi perennial (perennial therapy) dilakukan sepanjang tahun yang biasanya dengan penyuntikan sebulan sekali;terapi perennial merupakan metode yang paling disukai karena hasilnya lebih efektif serta berlangsung lebih lama.
Tindakan kewaspadaan
Karena adanya kemungkinan bahwa penyuntikan allergen dapat menimbulkan reaksi sistemik, terapi desensitisasi hanya dilakukan diruang praktik atau klinik dimana tersedia epinefrin.
Karena mengandung bahaya, penyuntikan tidak boleh dikerjakan oleh orang awam atau pasien sendiri. Pasien harus tinggal dahulu diklinik selama minimal 30 menit sesudah mendapatkan suntikan dan diamati untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya gejala sistemik.
Jika terjadi pembengkakan local yang besar pada tempat suntikan, takaran berikutnya tidak boleh dinaikkan karena gejala ini merupakan peringatan yang menunjukkan kemungkinan terjadinya reaksi sistemik. Kegagalan terapi terlihat jelas kalau seorang pasien tidak
1. Memperlihatkan pengurangan gejala dalam waktu 12 hingga 24 bulan,
2. Mengalami peningkatan toleransi terhadap allergen yang dikenali, dan
3. Menunjukkan penurunan pemakaian obat untuk mengurangi gejala.
Penyebab potensial kegagalan terapi mencakup kesalahan diagnosis alergi, dosis allergen yang kurang mencukupi, reaksi alergi yang baru terjadi dan pengendalian lingkungan yang tidak memadai.