Cara Pelacakan HIV dan Implikasi Tes Bagi Perawat


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanImplikasi tes bagi perawat

Sebelum tes HIV dilaksanakan, makna tes tersebut dan kemungkinan hasilnya harus dijelaskan dahulu. Persetujuan tindakan (informed consent) untuk pelaksanaan tes diperlukan dari pasien.

 

Hasil tes antibody HIV harus dijelaskan dengan hati-hati kepada pasien. Semua hasil tes harus dijaga kerahasiaannya. Pendidikan dan konseling tentang hasil serta penuularan penyakit sangat penting jika tes antibody  HIV dilaksanakan.


Pasien dengan hasil tes seronegatif dapat merasa aman terselubung karena akan meneruskan perilaku berisiko tinggi atau mempunyai perasaan bahwa mereka kebal terhadap virus HIV.

Pasien-pasien ini memerlukan konseling yang terus-menerus untuk membantu mengubah perilaku berisiko tinggi dan menyadarkan bahwa mereka harus kembali untuk menjalani tes ulang. Sebagian pasien lainnya dapat merasa khawatir mengenai ketidak pastian status mereka.

BACA JUGA:  Masalah dan Penanganan Psikologis Perawat Pasien HIV

Respon psikologis pasien terhadap hasil tes yang seropositif dapat mencakup perasaan panic, depresi dan putus asa. Konsekuensi social dan interpersonal dari hasil tes yang positif dapat menghancurkan kehidupan pasien.

Pasien dapat kehilangan pasangan seksualnya atau asuransi kesehatannya karena pengungkapan penyakitnya itu; mereka dapat pula mengalami diskriminasi dalam pekerjaan dan perumahan disamping pengisolasian social.

Pasien dengan hasil tes yang positif akan memerlukan konseling yang terus-menerus disamping rujukan untuk mendapatkan pelayanan social, dukungan financial, dukungan medis dan psikologis.

Pelacakan HIV

Penentuan langsung keberadaan dan aktivitas virus HIV digunakan untuk melacak perjalanan penyakit tersebut disamping menilai responnya terhadap terapi. Protein inti virus disebut sebagai p24.

BACA JUGA:  Konsultan Hukum Perawat

Pemeriksaan p24 antigen capture assay sangat spesfik untuk HIV-1. Namun demikian, kadar p24 pada penderita infeksi HIV yang asimtomatik sangat rendah. Pasien dengan titer p24 yang terukur memiliki keadaan yang berlanjut lebih cepat menjadi penyakit AIDS.

Pemeriksaan p24 antigen capture assay lebih digunakan bersamaan dengan tes lainnya seperti CD4+ untuk mengevaluasi efek terapi dari preparat antivirus.

Pemeriksaan ini kini dalam uji klinis obat sudah digantikan dengan suatu proses yang dikenal sebagai reaksi rantai polymerase (PCR; polymerase chain reaction).

PCR yang juga dinamakan amplifikasi gen dipakai untuk mendeteksi RNA virus HIV atau DNA provirus. Salah satu kekurangan pada pemeriksaan ini adalah bahwa hasil tes false-positif dapat terjadi jika reagen yang digunakan sudah terkontaminasi.

BACA JUGA:  Pendidikan dan Pertimbangan Perawatan Rumah Pasien Luka Bakar

Belakangan ini PCR dipakai untuk mendeteksi virus HIV pada orang-orang dengan seronegatif HIV yang berisiko tinggi sebelum timbulnya antibody; disamping itu, PCR juga dipakai untuk memastikan hasil tes ELISA yang positif, memantau beban virus atas waktu, melakukan skrining bagi neonatus dan menentukan strain virus yang ada.

Pemeriksaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus (viral burden).

Tes lainnya dapat dilakukan untuk memantau status imun atau perjalanan penyakit HIV.