Memperbaiki Bersihan Jalan Nafas dalam Keperawatan Pasien HIV


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanStatus respiratorius, yang mencakup frekuensi, irama, penggunaan otot-otot aksesorius dan suara pernapasan; status mental; dan warna kulit harus dinilai paling tidak sekali sehari.

Setiap gejala batuk dan jumlah serta karakteristik spuntum harus dicatat. Specimen sputum dianalisis untuk menentukan mikroorganisme yang menular.

 

Terapi pulmoner (batuk, bernapas dalam, drainase postural, perkusi dan vibrasi) dilakukan sedikitnya setiap dua jam sekali untuk mencegah statis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran napas.


BACA JUGA:  Cegah Kanker Payudara Sejak Puber

Karena kelemahan dan keadaan mudah lelah, banyak pasien memerlukan bantuan dalam mendapatkan suatu posisi (seperti posisi Fowler tinggi atau semi fowler) yang akan memudahkan pernapasan dan bersihan saluran napas.

Memberikan kesempatan istrahat cukup sangat penting untuk memaksimalkan pengeluaran tenaga pasien dan mencegah kelelahan yang berlebihan.

Status volume cairan harus dievaluasi sehingga terapi hidrasi yang memadai dapat dipertahankan pula. Kecuali terdapat kontraindikasi karena penyakit ginjal atau jantung, pasien dianjurkan untuk mendapatkan asupan cairan sebanyak 3 L per hari.

BACA JUGA:  Masalah dan Penanganan Psikologis Perawat Pasien HIV

Oksigen yang sudah dilembabkan dapat diberikan; tindakan pengisapan lendir (suctioning) nasofaring atau trakea, intubasi dan ventilasi mekanis mungkin diperlukan untuk mempertahankan ventilasi yang memadai.