Asuhan Keperawatan Pneumonia Pneumocystis Carinii


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanRespiratorius

Pneumonia Pneumocytis Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium avium intracellular (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan legionella.

 

Walaupun begitu, infeksi yang paling sering ditemukan diantara penderita AIDS adalah pneumonia pneumocystis carinii (PCP) yang merupakan penyakit oportunis pertama yang dideskripsikan berkaitan dengan AIDS.


Pneumonia ini merupakan manifestasi pendahuluan penyakit AIDS pada 60% pasien. Tanpa terapi profilaktik, PCP akan terjadi pada 80% orang-orang yang terinfeksi HIV.

P. carinii awalnya diklasifikasikan sebagai protozoa; namun, sejumlah penelitian dan pemeriksaan analisis terhadap struktur RNA ribosomnya menunjukkan bahwa mikroorganisme ini merupakan jamur (fungus).

Kendati demikian, struktur dan sensivitas antimikrobanya sangat berbeda dengan jamur penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya menimbulkan penyakit pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini menginvasi dan berproliferasi dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi konsolidasi parenkim paru.

BACA JUGA:  Syndrom Pelisutan

Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila dibandingkan dengan pasien dengan gangguan kekebalan karena keadaan lain.

Periode waktu antara awitan gejala dan penegakkan diagnosis yang benar bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas seperti demam, menggigil, batuk nonproduktif, napas pendek, dispnea dan kadang-kadang nyeri dada.

PCP dapat ditemukan kendati tidak terdapat krepitasi. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernapas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini menunjukkan hipoksemia minimal.

BACA JUGA:  HIV Sebagai Suatu Penyakit Kronik

Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernapasan. Beberapa pasien memperlihatkan awitan yang dramatis dan perjalanan penyakit yang fulminan yang meliputi hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental. Kegagalan pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2 hingga 3 hari setelah timbulnya gejala pendahuluan.

Diagnosis pasti PCP dapat ditegakkan dengan mengenali mikroorganisme dalam jaringan paru atau secret bronkus. Penegakkan diagnosis ini dilaksanakan dengan prosedur seperti induksi sputum, lavase bronchial-alveolar dan biopsy transbronkial (melalui bronkoskopi serat optic).