Perlindungan
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja, padahal kulit memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan beda asing lainnya.
Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh trauma yang terus-menerus terjadi di daerah tersebut.
Bagian stratum korneum epidermis merupakan barrier yang paling efektif terhadap berbagai faktor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan serangga, luka karena gesekan angin dan trauma.
Kulit dapat mencegah penetrasi zat-zat dari luar yang berbahaya atau pun kehilangan cairan dan substansi lain yang vital bagi homeostatis tubuh (“Keseimbangan Air”).
Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratum korneum, termasuk vitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormon-hormon steroid.
Obat-obat dan substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal atau lewat lubang-lubang folikel.
Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Serabut elastik dan kolagen yang saling berjalin dengan epidermis memungkinkan kulit untuk berperilaku sebagai satu unit.
Dermis tersusun dari jalinan vaskuler, akar rambut tubuh, dan kelenjar peluh serta sebasea. Karena epidermis bersifat avskuler, dermia merupakan barrier transportasi yang efisien terhadap substansi yang dapat menembus stratum koreneum dan epidermis (Russel et al, 1992).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi fungsi protektif kullit mencakup usia kulit, daerah kulit yang terlibat dan status vaskuler.
Sensibilitas
Ujung-ujung reseptor tersebut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya.
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengidera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan (atau sentuhan yang berat).
Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda. Meskipun terbesar di seluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih terkonsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan bagian lainnya. Sebagai contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih terinervasi ketimbang kulit pada bagian punggung tangan.