Evaluasi Diagnostik
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, pleuritis dan perikarditis.
Tidak ada satu tes laboratorium tunggal yang dapat memastikan diagnosis SLE; sebaiknya, pemeriksaan serum akan mengungkapakan anemia yang sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tetapi tidak memastikan diagnosis.
Penatalaksanaan
Diagnosis SLE mencakup penatalaksanaan penyakit akut dan kronik. Penyakit akut memerlukan intervensi yang ditujukan untuk mengendalikan peningkatan aktivitas penyakit atau eksaserbasi yang dapat meliputi setiap sistem organ.
Aktivitas penyakit merupakan gabungan hasil pemeriksaan klinis dan labolatorium yang mencerminkan inflamasi aktif sekunder akibat SLE.
Penatalaksanaan keadaan yang lebih kronik meliputi pemantauan periodik dan pengenalan berbagai perubahan klinis yang bermakna yang memerlukan penyesuaian terapi. Pendidikan pasien merupakan unsur yang sangat penting.
Tujuan terapi mencakup upaya untuk mencegah hilangnya fungsi organ yang progresif, mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit akut, meminimalkan disabilitas yang berhubungan dengan penyakit dan mencegah komplikasi akibat terapi. Penatalaksanaan SLE meliputi pemantauan teratur untuk menilai aktivitas penyakit dan efektivitas terapi.
Terapi medikasi untuk SLE dilaksanakan berdasarkan konsep bahwa inflamasi jaringan setempat diantarai oleh respons imun yang berlebihan atau meninggi, yang intensitasnya bisa bervariasi sangat luas dan memerlukan terapi yang berbeda pada saat yang berbeda.
Preparat NSAID digunakan untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan kerapkali dipakai bersama kortikosteroid dalam upaya untuk meminimalkan kebutuhan kortikosteroid.
Kortikosteroid merupakan satu-satunya obat yang paling penting yang tersedia untuk pengobatan SLE. Preparat ini digunakan secara topikal untuk mengobati manifestasi kutaneus, secara oral dengan dosis rendah untuk mengatasi aktivitas penyakit yang ringan dan dengan dosis tinggi untuk mengatasi aktivitas penyakit yang berat.
Pemberian bolus IV dianggap sebagai terapi alternatif yang bisa menggantikan terapi oral dosisi-tinggi. Obat-obatan antimalaria merupakan preparat yang efektif untuk mengataasi gejala kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan dari SLE.
Preparat imunosupresan (preparat pengkelat dan analog purin) digunakan karena efeknya pada fungsi imun. Pemakaian obat-obat ini dianggap sebagai eksperimen dan umumnya hanya dilakukan bagi pasien dengan bentuk SLE yang serius serta tidak responsif terhadap terapi konservatif. Mengandung lebih banyak informasi tentang obat-obat ini.