Meredakan Nyeri dan Gangguan Rasa Nyaman pada Pasien Rematik


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanObat digunakan dalam jangka waktu yang pendek untuk meredakan serangan nyeri yang akut. Karena nyeri dapat bersifat persisten, preparat analgesik seperti asataminofen juga digunakan.

Sesudah memberikan obat, perawat harus menilai kembali tingkat rasa nyeri dengan interval tertentu. Pada nyeri yang persisten, hasil-hasil pengkajian harus dibandingkan dengan data-data awal (baseline) hasil pengukuran dan eveluasi.

 

Tindakan tambahan mencakup penjajakan terhadap strategi dan kemampuan koping yang dimiliki pasien di masa lalu.


Pasien harus memahami pentingnya pemakaian obat, seperti preparat NSAID dan obat-obat untuk memodifikasi penyakit, dengan preskripsi yang tepat untuk mendapatkan manfaat yang maksimal.

Manfaat ini mencakup peredaan rasa nyeri setelah penyakit dapat dikendalikan. Karena pengendalian penyakit dan peredaan nyeri berjalan lambat, pasien secara keliru bisa mengira bahwa obat yang diberikan itu tidak efektif atau menganggapnya sebagai “obat penghilang nyeri” saja sehingga minimumnya hanya kalau perlu (sporadis) sehingga pengendalian atas aktivitas penyakit tidak berhasil dicapai.

BACA JUGA:  Patofisiologi Penyakit Rematik

Program penurunan berat dapat direkomendasikan untuk meredakan sendi yang nyeri atau menanggung stres. Kompres panas juga membantu untuk meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme otot.

Panas superfisial dapat dengan air hangat dan kompres basah yang hangat. Rendaman parafin akan memberikan panas yang terkonsentrasi dan membantu pasien dengan gangguan pada pergelangan tangan serta sendi kecil.

Manfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas. Aplikasi yang lebih sering dalam waktu yang lebih pendek merupakan cara yang paling bermanfaat, latihan terapeutik dapat dilaksanakan dengan lebih nyaman dan efektif setelah terapi panas tersebut dilakukan.

BACA JUGA:  Asuhan Keperawatan Anemia

Namun pada sebagian pasien, kompres panas dapat meningkatkan rasa nyeri, spasme otot dan volume cairan sinovial. Jika proses inflamasinya bersifat akut, kompres dingin dapat dicoba dalam bentuk kantung air dingin atau kantung es.

Baik kompres panas maupun dingin merupakan terapi analgesik bagi reseptor nyeri dan dapat melemaskan spasme otot, penggunaan panas dan dingin yang aman harus dievaluasi dan diajarkan, khususnya bagi pasien dengan sensibilitas yang terganggu.

Penggunaan verban tekan, bidai dan alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk dan tripod dapat membantu mengurangi rasa nyeri dengan membatasi gerakan atau stres akibat menanggung beban berat badan pada sendi yang nyeri.

BACA JUGA:  Keperawatan Pasien Dengan Trauma Tumpul Mata (Hifema)

Sendi yang mengalami inflamasi akut dapat diistirahatkan dengan memasang bidai untuk membatasi gerakan. Bidai dapat juga menyangga sendi untuk mengurangi spasme.

Tongkat dan kruk dapat mengurangi sters atau tekanan pada sendi penyangga beban tubuh yang mengalami nyeri dan infamasi tersebut, sementara ambulansi yang aman dapat ditingkatkan.

Cervical collars dapat digunakan untuk menyangga berat kepala dan membatasi gerak leher. Palang mentatarsal atau bantalan khusus dapat disisipkan ke dalam sepatu jika terdapat nyeri atau deformitas pada kaki.

Strategi lainnya untuk meredakan nyeri dan meningkatkan rasa nyaman dapat diajarkan kepada pasien dan dapat meliputi teknik-teknik relaksasi otot, imajinasi, autohipnosis dan pengalihan perhatian.