Perkiraan insidensi alergi makanan yang diantara IgE dan merupakan hipersensitivitas tipe I berkisar dari 0,1 % hingga 7,0% populasi.
Gejala klinisnya berupa gejala alergi yang klasik (urtikaria, dermatitis atopic, mengi, batuk-batuk, edema laring, angioedema) dan gejala gastrointestinal (gatal; mual; kram; vomitus dan diare).
Hampir setiap makanan dapat menyebabkan gejala alergi, penyebab yang paling sering ditemukan adalah biji-bijian, kacang, telur, susu, kedelai, gandum dan cokelat.
Pemeriksaan diagnostic yang cermat diperlukan pada setiap pasien dengan suspek hipersensitivitas makanan, yang termasuk dalam pemeriksaan ini adalah anamnesis riwayat sakit yang rinci, hasil pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan diagnostic yang tepat.
Kalau pemeriksaan alergi ingin dilakukan, tes kulit digunakan untuk mengenali sumber gejala dan berguna dalam mengenali jenis-jenis makanan tertentu sebagai unsure penyebab.
Terapi bagi hipersensitivitas makanan mencakup penghilangan (eliminasi) atau pengurangan (reduksi) jenis makanan yang sensitive.
Terapi farmakologik diperlukan bagi pasien yang pajanannya dengan makanan yang menimbulkan alergi tidak terkontrol atau pasien dengan sensitifitas terhadap lebih dari satu jenis makanan dan tidak responsive terhadap tindakan eliminasi.
Terapi obat mencakup penggunaan antihistamin H1 serta H2, preparat adrenergic, kortikosteroid dan natrium kromolin.
Banyak alergi makanan yang menghilang bersamaan dengan waktu, khususnya pada anak-anak. Sekitar sepertiga gangguan alergik yang sudah terbukti akan menghilang dalam tempo 1 hingga 2 tahun jika pasien dengan hati-hati menghindari makanan penyebab alergi tersebut.