Wanita sering disarankan untuk menghindari minum kafein saat hamil, karena dapat menyebabkan stres pada bayi yang dikandungnya. Selain itu, ibu yang sering minum kafein juga bisa membuat anaknya menjadi pemalu kelak. Mengapa demikian?
Kafein merupakan zat yang paling sering dikonsumsi di dunia karena banyak ditemukan dalam minuman kopi, soda, cokelat, teh serta beberapa obat non resep. Zat ini merupakan stimulan yang dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf.
Sebagai contoh, kafein dapat meningkatkan tekanan darah, detak jantung, sulit tidur dan ketegangan tubuh. Selain itu, kafein bisa berkontribusi untuk mengembangkan karakteristik kepribadian tertentu dan mengintensifkan ciri kepribadian tertentu, seperti rasa malu dan kecemasan.
Menurut sebuah artikel diterbitkan dalam ‘Review of General Psychology’ tahun 1999, efek paparan kafein jangka panjang dalam rahim dapat mengakibatkan inhibisi (hambatan) karakteristik kepribadian.
Inhibisi perilaku mengacu pada ciri-ciri seperti rasa takut, rasa malu, suka menghindar, kecemasan dan penarikan sosial, seperti dilansir Livestrong.
Satu teori menyebutkan penyebabnya adalah karena kafein mungkin secara tidak sengaja mengganggu penembakan neuron dan pelepasan neurotransmiter selama perkembangan otak bayi yang belum lahir.
Individu yang pemalu memproses informasi secara berbeda dengan individu yang ekstrover (memiliki sifat terbuka), yang menyebabkannya merespons rangsangan secara berbeda, menurut Stony Brook University.
Konsumsi kafein juga bisa memperburuk atau mengintensifkan ciri kepribadian yang unik, seperti agresivitas dan penghindaran pada orang-orang yang sudah memiliki sifat pemalu.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam ‘Spanish Journal of Psychology’ tahun 2011, mengonsumsi 330 miligram kafein, setara dengan 2 cangkir kopi, dapat memperburuk kepribadian unik seseorang. Konsumsi kafein dapat meningkatkan penghindaran, rasa malu dan penarikan pada orang-orang yang sudah memiliki sifat pemalu atau introvert.