Selamat, Prof. dr. Irawan, Ph.D!


Pagi tadi saya diundang menghadiri pidato pengukuhan guru besar tetap dr. Irawan Jusuf, Ph.D di Ruang Rapat Senat Unhas. Irawan Jusuf adalah juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar saat ini.

Agak kaget sih pas waktu dapat SMS dari beliau, bukan karena kiriman SMS-nya, melainkan begitu cepatnya beliau menyabet gelar supremasi keilmuan tersebut. Bayangkan, di umur yang masih relatif muda, sekitar 45 tahun lebih, beliau sudah digelari Bapak Professor!

 

Saya jadi ingat pernyataan do’i (dokter irawan) waktu ngobrol-ngobrol bersama di kampus beberapa tahun lalu.

“Saya tidak punya target dan kepentingan apa-apa di kampus ini. Menjalankan amanah sebagai dekan saja sudah begitu berat, apalagi jika ditambah dengan ‘amanah’ untuk mencari hal lain”, ungkapnya. Saya lantas heran, kok, orang secerdas beliau tampilan ambisinya sangat sederhana?


BACA:  Industrialisasi Kedokteran

Beberapa waktu berselang, saya juga kembali dihenyakkan dengan pengakuan beliau kalau sudah lama tidak lagi pernah melihat kartu keanggotaan IDI-nya. Wow! Saya tanya kenapa, beliau hanya menjawab singkat, kartu anggota itu bukan tujuan saya, tapi bagaimana berbuat dengan atau tanpa kartu anggota semacam itu. Mendengar itu, tak lagi timbang-timbang, salut saya!

Ketika dilantik sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Unhas menggantikan Prof. Idrus yang kini menjabat sebagai Rektor Unhas, dr. Irawan sempat bergurau bahwa tidak pernah sedikit pun membayangkan bakal menjadi orang nomor satu di FK UNHAS.

BACA:  Selamat Jalan, Pak Harto!

Makanya ketika beliau diminta kesediaan dan terpilih secara demokratis sebagai Dekan, dianggapnya semua itu adalah amanah. Yah, dengan demikian, maka hanya ada satu hal yang patut dilakukan: Melaksanakan Amanah tersebut dengan Sebaik-baiknya!

Saya belajar banyak dari dr. Irawan tentang hidup, suka duka dan banyak hal yang menyangkut perkembangan dunia kedokteran. Pesan yang selalu tidak bisa hilang dari ingatan saya adalah bahwa kita boleh kehilangan segala-galanya, tetapi jangan sampai kehilangan harapan!

Bersama dr.Irawan, ada kebersamaan yang kemudian lahir dan besar diantara sejumlah interaksi tersebut. Mulai dari ketika hanya menjadi dosen ilmu faal, hingga saat dipanggil Professor saat ini. Dan kebersamaan dengan beliau senantiasa terjalin bak sebuah kesepahaman untuk selalu saling beresonansi; menguatkan satu sama lain untuk menghasilkan nada kehidupan yang lebih merdu dan didengar oleh banyak telinga.

BACA:  KISAH: Mamasa Dalam Belitan Pegunungan

Hari ini, beliau akhirnya dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap pada Bagian Ilmu Fisiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Unhas. Salut saya tidak kunjung berkurang, malah makin bertambah. Selamat dan sukes. Semoga saya dan kawan-kawan seperjuangan yang lain juga bisa menjadi Professor kelak. Minimal pernah bermimpi menjadi seorang Professor.

Vivat Professores!