[Masih] Tentang Bencana


Kini bencana seperti sesuatu yang lumrah saja terjadi di sekitar kita. Bahkan ketika dilanda pun, kita mungkin akan beranggapan bahwa semua ini biasa saja.

Dalam kelaziman tak produktif ini, kita justru melupakan eksistensi ekologi dan biosfer kita. Ketakseimbangan alam akibat berbagai tindak eksplorasi dan perambahan yang tidak terkendali menyebabkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui/dapat secara terbatas diperbaharui, menjadi semakin menipis jika tidak habis sama sekali.

 

Illegal loging, menurut saya, hanya satu dari sejumlah penyebab banjir yang melanda bangsa ini. Masih banyak penyebab lain yang cukup menjadi alasan mengapa mesti ada “gerakan kosmik yang sapu jagad ini”.

BACA:  Belajar Kesederhanaan dari Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad

Kepada generasi muda, bersiaplah menggantikan “generasi tua” penyebab kerusakan sebelum ini dan akibatnya, kita –generasi muda– yang akhirnya menikmati bencana.


Mungkin Pak Harto dengan Orde Baru “bagus” prestasinya dalam pembangunan dengan banyak merusak/menebang pepohonan untuk dibangun jalan dan jembatan, tetapi pada gilirannya SBY-JK yang menanggung akibat perbuatan rejim otoritarian itu. Tapi ini bukan berarti, SBY-JK adalah ‘generasi muda’ seperti yang saya tulis sebelumnya.

Kita masih perlu banyak berbenah. Bencana terbesar adalah ketika kita tak lagi mampu memaknai hikmah dari bencana yang tengah terjadi di depan mata!