Testosteron sangat penting fungsinya bagi pria. Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS, spesialis andrologi dan seksologi dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Udayana, Denpasar, Bali mengatakan bahwa pada masa dewasa, testosteron berfungsi mempertahankan kejantanan, fungsi seksual, dan fungsi anabolik bagi kehidupan.
Selain itu, Dr. Elizabeth Barret-Connor, peneliti utama dan profesor Family and Preventive menjelaskan, studi ini mengemukakan testosteron rendah berkaitan dengan hidup yang lebih pendek, tapi tidak berarti testosteron lebih tinggi berkaitan dengan hidup lebih lama. Jadi, bagaimana jika seseorang mengalami defisiensi atau kekurangan testosteron?
Sebelumnya, perlu kita ketahui terlebih dahulu apa saja fungsi testosteron. Sebenarnya, testosteron tidak hanya dimiliki oleh pria, tetapi juga sedikit dimiliki oleh wanita. Peran hormon testosteron sangat diperlukan, baik pada masa janin (fetus), remaja, dan dewasa.
Pada masa janin, testosteron berfungsi dalam proses diferensiasi organ seks untuk menjadi pria atau wanita. Pada masa remaja, testosteron berfungsi dalam perkembangan fungsi seksual atau kejantanan sehingga muncul tanda-tanda fisik pria seperti munculnya dorongan seksual, fungsi ereksi, produksi sperma, perkembangan otot, suara yang membesar, pengaruh psikotropik, merangsang pembentukan sel darah, tumbuhnya rambut di wajah, ketiak, dan kelamin.
Sementara itu, pada masa dewasa, testosteron berfungsi mempertahankan kejantanan, fungsi seksual, dan fungsi anabolik bagi kehidupan.
Gejala Kekurangan Testosteron
DAFTAR ISI
Mulai sekitar usia 40 tahun, tubuh seorang pria memproduksi lebih sedikit testosteron. Padahal, testosteron adalah hormon utama pada pria yang menjaga massa dan kekuatan otot, distribusi lemak, massa tulang, produksi sperma, libido, dan potensi.
Banyak orang menyebutkan penurunan hormon yang progresif ini sebagai “menopause pria” atau “andropause”. Walaupun demikian, menopause pada pria dan wanita sedikit berbeda, khususnya dalam hal waktu atau progresnya (menopause pada wanita terjadi pada periode waktu yang singkat, sementara pada pria terdapat penurunan gradual).
Defisiensi testosteron/Testosterone Deficiency Syndrome (TDS) dapat menyebabkan efek-efek tertentu pada tubuh, seperti:
- Penurunan energi
- Penurunan kekuatan dan massa otot
- Penurunan fungsi kognitif
- Libido seksual yang menurun
- Depresi
Penanganan Kekurangan Testosteron
Jika seseorang merasakan gejala-gejala TDS seperti di atas, ia disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter dan menjalani pemeriksaan kadar testosteron.
Terapi bagi mereka yang mengalami TDS bisa dengan diberikan sediaan testosteron. Sediaan yang ada di Indonesia adalah testosteron undecanoat kapsul 40 mg, mesterolone tablet 25 mg, testosteron propionat 30 mg, testosteron phenylpropionat 60 mg, testosteron decanoat 100 mg ampul, dan testosteron undecanoat (TU) 1000 mg ampul. Selain itu juga tersedia testosteron injeksi yang mengandung TU 1000 mg.
Terapi testosteron ini dapat menyebabkan:
– peningkatan massa dan kekuatan otot
– peningkatan ketebalan kulit dan rambut
– peningkatan libido seksual
– peningkatan energi
– penurunan iritabilitas dan depresi
– peningkatan fungsi kognitif
Efek Samping Terapi Testosteron
Namun demikian, terapi testosteron ini dapat pula menimbulkan efek samping, di antaranya:
– reaksi pada kulit
– retensi cairan
– menyebabkan kekebalan
– apnea ketika tidur
– merangsang pertumbuhan abnormal prostat
– memperbesar payudara (ginekomastia)
– merangsang pertumbuhan kanker payudara (bila telah ada sebelumnya)
– atropi testis
– produksi sperma terbatas
– produksi darah berlebih (polisitemia)
– nyeri