Pemeriksaan Spesifik atau Tambahan dalam Menegakkan Diagnosis Fisioterapi


Pemeriksaan spesifik atau tambahan adalah pemeriksaan yang dilakukan jika informasi yang diperoleh melalui anamnesis, inspeksi dan pemeriksaan fungsi belum cukup untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit atau problematik fisioterapi terhadap penderita.

Pemeriksaan spesifik dilakukan untuk mengungkap ciri khusus serta jenis gangguan dari suatu struktur atau jaringan tertentu.


Yang dimaksud dalam pemeriksaan spesifik seperti, palpasi, pemeriksaan neurologis, stabilitas sendi, ROM, MMT, panjang otot, mengukur kapasitas pernapasan, pemeriksaan medis lainnya (laboratorium, dll).

a. Palpasi

Merupakan pemeriksaan khusus dengan jalan meraba dengan tangan pada struktur jaringan tertentu melalui jaringan kulit seperti, connective tissue, kulit, musculotendinogen,  arthrogen, saraf, pembuluh darah dan jaringan articular lainnya.

Tujuan Palpasi

1. Untuk mengetes kelainan sensasi kulit , otot, temperature, dan kelembaban kulit

2. Untuk menentukkan letak dan perbedaan bentuk struktur jaringan yang normal dan yang tidak normal.

3. Untuk meraba ketegangan otot (tonus otot), udem dan pembuluh darah

BACA JUGA:  Pengobatan Herbal Ginseng

b. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan saraf. Beberapa bentuk pemeriksaan neurologis antara lain:

1. Animal segmental tes

  • Tes motorik, misalnya fleksi elbow untuk segmental C5-6
  • Tes sensorik, misalnya dermatom, myotom

2. Tes reflex seperti KPR, APR, Babinsky, reflex biceps dan lain-lain
3. Entrapment tes, misalnya kompresi, phalent, traksi, dll.
4. Propriosensor tes, biasanya dilakukan pada sendi
5. Electrical diagnostic
6. Membedakan bentuk benda, dua titik dan lain-lain.c. Tes stabilitas sendi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan sendi baik dalam keadaan pasif maupun dalam keadaan aktif. Apakah sendi tersebut dalam keadaan stabil, hypomobile, atau hypermobile. Adapun cara melakukan pemeriksaan tersebut antara lain:

1. Untuk gerakan pasif : Traksi translasi dan stress tes (gapping tes), Posisi sendi dalam keadaan LPP, jika tidak stabil disebut pasif instabilitas.
2. Untuk gerakan aktif: Posisi sendi LPP, penderita melakukan gerakan isometric dan melawan tahanan dari segala arah yang diberikan oleh pemeriksa atau dengan menggunakan berat tubuh penderita sendiri. Jika tida stabil disebut aktif instabil.

BACA JUGA:  Gejala Endokarditis Infektif

d. Tes Range of Movement (ROM)

Tes ini bertujuan untuk mengetahui gerakan sendi dengan menggunakan alat bantu “Geniometer”.

Dalam literature telah ditetapkan criteria normal ROM untuk masing-masing persendian, meskipun demikian variasi ROM untuk tiap individu perlu dipertimbangkan.

e. Muscle testing (MMT)

Muscle testing yang dimaksud adalah isotonic manual muscle testing. Sama seperti dengan ROM, nilai normative kekuatan otot telah tercantum didalam literature.

f. Mengukur panjang otot

Otot adalah suatu jaringan kontraktil. Kelenturan otot sangat mempengaruhi kualitas suatu gerakan. Pada tubuh ada 2 kelompok otot yaitu kelompok otot postural dan kelompok otot fasis.

Otot postural banyak berfungsi untuk aktivitas yang berlangsung lama misalnya lari jarak jauh, serta memelihara postur tubuh. Kelompok otot ini cenderung memendek.

BACA JUGA:  Struktur Jaringan Lunak Pembentuk Ekstremitas Superior Part 5

Contohnya, otot rectus femoris, gastrocnemius. Sementara otot pasis cenderung terulur, untuk itu maka perlu dilakukan pengukuran panjang otot.

g. Mengukur kapasitas pernapasan

Sirkulasi O2 dan CO2 pada mekanisme pernapasan sangat penting artinya, terutama yang berhubungan dengan kondisi chest serta kapasitas fisik dan kemampuan fungsional tubuh pada umumnya.

Oleh karena itu, perlu mengukur maksimal ekspirasi, insppirasi dan residual respiratory pernafasan.

h.Pemeriksaan Medis lainnya

Pemeriksaan medis lainnya berupa informasi hasil laboratorium, rontgent, pemeriksaan psikis, serta pemeriksaan medis lainnya (yang dilakukan oleh ahlinya).

Hasil pemeriksaan ini sering diperlukan oleh fisioterapis untuk membantu menetapkan aktualitas penyakit dan atau problematic fisioterapi.

Setelah seluruh rangkaian assessment selesai, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan diagnosis, planning, intervention dan reevaluasi. Tanpa melupakan koordinasi, komunikasi dan dokumentasi sesuai standar praktek fisioterapi.