Individu Dalam Masyarakat 1


Manusia sebagai makhluk sosial, tidaklah dapat dipisahkan dari masyarakat. Untuk mempertahankan eksistensinya, manusia perlu berada bersama orang lain dan megadakan interaksi sosial di dalam kelompoknya. Kelompok yang terkecil tetapi paling dekat dengan kehidupan individu adalah keluarga, yang berupa keluarga batih (nuclear family) maupun keluarga luas (extended family) yang merupakan gabungan dari beberapa keluarga batih. Dalam kalangan yang lebih luas terdapat berbagai kelompok sosial berdasarkan letak geografi (rukun tetangga), minat (klub olahraga), profesi (kelompok tani), serta tingkat sosial ekonomi (golongan buruh), yang terluas ialah masyarakat yaitu sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu. Di antara anggota ada ras persatuan yang membedakan kelompoknya dari kelompok yang lain, mereka mempunyai norma-norma, ketentuan dan peraturan yang dipatuhi bersama sebagai suatu ikatan dan dijadikan pedoman dalm memenuhi kebutuhan kelompok. Agar kebutuhan di kelompok dapat berjalan dengan baik dan lancar maka sering kali individu harus mengubah dan menyesuaikan keinginan pribadinya dengan norma dan tuntutan kelompok.

BACA JUGA:  Hubungan Antara Ilmu Perilaku Dengan Kesehatan

Seperti disebut diatas , salah satu aspek yang turut menentukan perilaku individu dalam masyarakat  ialah motivasi. Motivasi itu timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi. Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan, agar tujuannya tercapai. Misalnya, rasa haus mendorong/memotivasi individu mencari minuman, dengan tujuan agar rasa haus itu hilang. Tetapi setelah satu tujuan tercapai, maka biasanya timbul keinginan/kebutuhan yang lain, yang menimbulkan motivasi baru, sehingga proses ini membentuk suatu lingkaran motivasi. Seorang ahli psikologi sosial, Maslow mengembangkan teori hierarki motivasi yang menunjukan  tingkatan kebutuhan/motivasi individu (kebutuhan fisiologis, keamanan/perlindungan, kasih sayang, harga diri dan pengembangan diri) dan bahwa pemuasan kebutuhan itu terjadi secara bertahap, mulai dari kebutuhan yang paling dasar (FKMUI, 1984). Artinya, sebelum kebutuhan dasar/fisiologis terpenuhi, individu belum termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan,dst. Berdasarkan teori ini maka kita akan mengerti mengapa keluarga petani kecil lebih senang diberi hadiah uang sebagai akseptor teladan, misalnya, daripada diberi piagam yang ditandatangani oleh gubernur dan kepala BKKBN. Ahli yang lain, Lewin menyatakan bahwa ada dua macam kekuatan  dalam individu, yaitu kekuatan yang mendorong (driving force) dan yang menghambat (restraining force) terjadinya suatu tindakan, dapatlah ditingkatkan (Mico & Ross, 1975).


BACA JUGA:  Pegagan (Centella asiatica) Sebagai makanan otak

Dalam interaksi sosial, konsep diri seorang individu mempunyai peran penting. Selama masa kanak-kanak, keluarga dan lingkungan sosial menentukan “diri ideal” bagi setiap anak, yaitu menentukan sifat-sifat dan hal-hal yang sebaiknya dicapai oleh individu itu. Diri-ideal itu dibentuk berdasarkan norma masyarakat yang berlaku dan kondisi keluarga serta keadaan individu itu sendiri. Konsep diri adalah pandangan individu  mengenai karakter diri sendiri, dibandingkan dengan diri-idealnya. Makin jauh perbedaan antara diri-ideal itu dengan kenyataan yang dicapai, makin negatiflah konsep diri si individu. Dan berdasarkan konsep diri inilah individu menentukan sikap dan tindakannya dalam berinteraksi dengan individu lain.