Etiologi Stroke Non Haemoragik


Dilihat dari etiologi stroke dapat dibagi dalam golongan besar yaitu stroke haemoragik (perdarahan) dan stroke non haemoragik (infark ishkemia).

Etiologi yang akan penulis bahas disini adalah stroke non haemoragik saja. Stroke non haemoragik, sangat erat hubungannya dengan atherosclerosis.


Kata atherosclerosis digunakan bagi sekelompok kelainan yang mengakibatkan menebalnya serta mengurangnya kelenturan (elasitis) dinding pembuluh darah arteri.

Terdapat 3 jenis atherosclerosis, yaitu:

(1) atherosclerosis (ditandai oleh pembentukan ateromata (plaque intima) fokal,

(2) sclerosis Monckeberg (ditandai oleh pengapuran pada tunika media pembuluh darah arteria);

(3) atherosclerosis dengan ditandai oleh proliferasi fibro – muscular atau penebalan endotel dinding arteri berukuran kecil dan arteriol . (Lumantobing 2003).

Manifestasi Klinis atherosclerosis bermacam – macam.Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :

(1) Lumen arteri menyempit dan menyebabkan berkurangnya aliran darah.

(2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis atau perdarahan pada ateroma.

(3) Merupakan tempat untuk terjadinya thrombus dan kemudian dapat melepaskan kepingan thrombus (embolus).

(4) menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian dapat robek (Lumantobing, 2003).

BACA JUGA:  Pemeriksaan Spesifik atau Tambahan dalam Menegakkan Diagnosis Fisioterapi

Faktor yang mempengaruhi aliran darah diotak diantaranya :

(1) keadaan arteri, arteri dapat menyempit oleh proses atherosclerosis atau tersumbat oleh thrombus atau embolus

(2) keadaan darah, keadaan darah dapat mempengaruhi aliran darah dan suplai oksigen.Darah bertambah kental, penigkatan vikositas darah, peningkatan hematokrit (misalnya pada penyakit polisitemia) dapat melambatkan aliran darah.Pada anemia berat suplai oksigen dapat pula menurun.

(3) kelainan jantung, bila denyut jantung tidak teratur dan tidak efisien (misalnya pada fibrilasi, blok jantung) maka curahnya akan menurun dan mengakibatkan aliran darah diotak mengurang (iskemia).

Jantung yang sakit dapat pula melepaskan embolus yang kemudian tersangkut dipembuluh darah/arteri otak dan mengakibatkan iskemia (Aliah, dkk.2000).

Berdasarkan jenis infark srtoke non haemoragik dapat dikelompokkan menjadi:

(1) transient ischemik attack (TIA), serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam.

(2) reversible ischemic neurologic defisit (RIND) gejala neurologis akan menghilang antara lebih dari 24 jam sampai dengan 21 hari.

(3) progresive stroke atau stroke in evolution; kelainan atau defisit neurologis berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat

BACA JUGA:  Manajemen Fisioterapi Pada Gangguan Fisik dan Kemampuan Fungsional Post Sectio Caesaria

(4) completed stroke; kelainan neurologis sudah menetap, dan tidak berkembang lagi (Iskandar, 2002).

Stroke iskemik berdasarkan penyebabnya menurut klasifikasi The National Institute of Neurological Disorders Stroke Part III (NINDS III),dibagi menjadi 4 golongan yaitu (1) Aterotrombotik; erat hubungannya dengan platelet, trombosis (2)cardioemboli (3) lakunar (4) penyebab lain yang menyebabkan hipotensi. (Iskandar, 2002).

Adapun faktor-faktor resiko lain yang menjadikan seseorang untuk mudah terserang stroke diantaranya :

a. Umur Lebih tua lebih mungkin untuk mengidap ‘stroke’.

b. Diabetes militus.

Orang-orang yang diberi insulin, lebih banyak untuk mengidap ‘stroke’ dari pada mereka yang tidak mempergunakan insulin.

Diabetes militus merupakan faktor resiko untuk stroke, namun tidak sekuat hipertensi bagi seseorang berusia 60 tahun dengan tekanan sistole 135 mmHg, probalitas (kemungkinan) untuk mendapat stroke iskhemic dalam jangka waktu 8 tahun adalah 8/1000.

Bila disamping itu ia menderita diabetes mellitus, probalitas meningkat menjadi 17/1000.

Bila tekanan sistole 180 mmHg, probalitasnya ialah 30/1000, dengan diabetes militus probabilitasnya meningkat menjadi 59/1000 (dua kali lipat). (Lumbantobing, 2003)

c. Faktor Keturunan

BACA JUGA:  Deskripsi Dari Gerakan Pemijatan

Orang-orang yang mempunyai faktor keturunan untuk mengembangkan ateroma (aterogenik). Dalam kelompok ini tergolong orang-orang dengan hiperlipidemia dan hiperurikasidemia. (Sidharta, 1999)

d. Kelainan jantung

Baik orang muda maupun tua kedua-duanya mempuyai faktor resiko besar untuk mengidap ‘stroke’ bila mereka mempuyai penyakit jantung.

Beberapa jenis kelainan jantung dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan stroke.

Gagal jantung kongestif dan penyakit jantung koroner mempunyai peranan penting dalam terjadinya stroke. Penyakit jantung, baik miokardial (otot), maupun yang valvular(katup), meningkatkan resiko terhadap stroke.

Pembesaran serambi, pembesara bilik kiri, kelainan elektrokardiogram (EKG), semua ini mempertinggi risiko mendapatakan stroke.

Risiko mendapatkan stroke menjadi 3 kali lebih besar pada mereka dengan kelainan gelombang R (pada EKG) dan 2 kali lebih besar dengan kelainan gelombang ST-T, dibanding mereka tanpa kelainan tersebut.

Penderita dengan kelainan serambi mempunyai risiko untuk stroke 8,5 kali lebih besar ketimbang mereka tanpa kelainan fibrilasi serambi.(Lumbantobing, 2003)

e. Merokok

Efek merokok terhadap ‘stroke’ tidak begitu nyata dibanding terhadap ‘coronary heart disease’.

f. Obat pencegah kehamilan Obat anti hamil merupakan faktor resiko bagi wanita.