Indentifikasi/Pengenalan kasus Dalam Terapi Okupasi


Isi : 1. Teknik melaksanakan observasi
2. Teknik melaksanakan tes
3. Teknik pelaksanaan klinis
Dalam melakukan pemeriksaan sebagai awal dari proses diagnostik, seorang pelatih memerlukan adanya dugaan/perkiraan, sebagaimana seorang guru menentukan intelektual anak didiknya sehingga dapat membuat/menyusun sesuatu proses persiapan mengajar yang tepat.
Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan cara dan alat. Cara dan alat tersebut selalu disesuaikan dengan aspek yang akan diperiksa. Secara umum cara dan peralatan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, di maksudkan untuk mempermudah seseorang dalam mempelajari dan memilih cara serta peralatan yang di perlukkan/di gunakan untuk memeriksa penderita yang membutuhkan pelayanan terapi okupasional. Instrumen pengenalan kasus memiliki beberapa meteri, yang lebih ditekankan pada cara-cara pemeriksaan yang telah biasa dilakukan sebagai berikut :
1. Metode wawancara
Wawancara merupakan sesuatu bentuk percakapan yang di lakukan dengan tujuan tertentu, secara langsung kepada seseorang.Teknik ini adalah suatu cara yang cukup baik untuk mengungkapkan pengalaman, perasaan, karakter dan aspek-aspek kejiwaan lainnya yang bersifat subyektif.
2. Metode observasi
Observasi dimasukkan sebagai sesuatu pengamatan atas segala gejala-gejala secara keseluruhan.Dalam pengertian yang lebih luas, observasi tidak terbatas pada pengamatan dengan indra saja, tetapi dapat juga di gunakan alat bantu lainnya. Dalam pelaksanaannya, teknik observasi itu dapat dibedakan dalam beberapa macam. Khusus untuk kasus-kasus yang memerlukan pelayanan OT, lebih tepat apabila menggunakan system observasi partisipan, yang secara fisik melibatkan diri secar aktif dengan anak cacat.Hal ini lebih banyak berhasil karena anak tidak akan merasa bahwa dirinya sedang di observasi. Observasi dalam rangka kegiatan OT digunakan untuk mengetahui interaksi antara anak dan lingkungannya. Interaksi dengan lingkungan dalam arti khusus, adalah hubungan antara anak cacat dengan obyek yang ada di sekitarnya pada saat itu.
3. TES
Tes merupakan alat paling sering digunakan dalam teknik pemeriksaan atau assessment pada anak cacat, termasuk anak cacat tubuh. Tes untuk pemeriksaan gangguan fisik merupakan sejumlah item yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui/menentukan kemampuan otot, baik dalam hal potensi maupun abilitas anak dalam system/mekanisme gerakannya (kemampuan gerak). Adapun tujuan tes di lakukan itu adalah untuk mendapatkan data yang kemudian dianalisis secara intensif terhadap latar belakang suatu keadaan atau gejala, agar dapat digunakan sebagai pedoman dalam usaha penyembuhan atau terapi. Pada umumnya setiap perangkat tes mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Demikian juga pada OT.
4. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis di maksudkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap berbagai gejala fisik yang terdapat pada anak cacat fisik. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba, memegang dan menggerakan bagian-bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui kelainan serta kemepuan gerak. Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan setelah anamnesis, karena anamnesis tersebut akan membantu pelaksanaan pemeriksaan secara keseluruhan.

BACA JUGA:  Pemeriksaan Gangguan Koordinasi