Diagnosis dan Pengobatan Pada Diseksi Aorta


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang khas. Pada pemeriksaaan fisik, 65% penderita memiliki denyut nadi yang lemah atau sama sekali tidak teraba di tungkai dan lengan. Diseksi aorta yang arahnya berbalik menuju ke jantung, bisa menyebabkan murmur, yang bisa terdengar melalui stetoskop. Bisa terjadi penimbunan darah di dada. Darah dari suatu diseksi yang merembes ke sekitar jantung bisa mengganggu denyut jantung dan menyebabkan tamponade jantung. Foto rontgen menunjukkan pelebaran aota pada 90% penderita yang memiliki gejala. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan USG.

BACA JUGA:  Tujuan Terapi Latihan : "Endurance dan Cardiovaskular Fitness"

Pengobatan
Penderita dirawat di ruang perawatan intensif, dimana tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah dan laju pernafasan) diawasi secara ketat. Kematian bisa terjadi dalam beberapa jam setelah terjadinya diseksi aorta. Karena itu segera diberikan obat untuk menurunkan denyut jantung dan tekanan darah sampai level yang terendah, untuk mempertahankan pasokan darah yang cukup ke otak, jantung dan ginjal. Segera setelah diberikan obat-obatan, diputuskan apakah perlu dilakukan pembedahan atau cukup dengan melanjutkan pemakaian obat-obatan. Hampir selalu dianjurkan untuk dilakukan pembedahan pada diseksi yang melibatkan aorta yang letaknya sangat dekat dengan jantung. Untuk diseksi yang letaknya lebih jauh, biasanya diatasi dengan cara melanjutkan pemakaian obat-obatan; kecuali jika diseksi menyebabkan bocornya darah dari arteri dan penderita memiliki sindroma Marfan, maka dilakukan pembedahan.


BACA JUGA:  Diagnosis dan Pengobatan Pada Fistula Arteriovenosa

Selama pembedahan dilakukan:
– pengangkatan sebanyak mungkin daerah aorta yang mengalami diseksi
– pencegahan masuknya darah ke saluran yang salah
– perbaikan aorta dengan cangkok buatan.
Jika katup aorta bocor, bisa sekaligus diperbaiki atau diganti.

Prognosis

Sekitar 75% penderita yang tidak diobati akan meninggal dalam 2 minggu pertama. 60% penderita yang diobati dan bertahan dalam 2 minggu pertama, bertahan hidup sampai 5 tahun setelah pengobatan; 40% bertahan hidup sampai 10 tahun setelah pengobatan. Penderita yang meninggal dalam 2 minggu pertama, sekitar 30% meninggal karena komplikasi diseksi dan sisanya meninggal karena penyakit lainnya,. Diberikan terapi obat jangka panjang untuk menjaga tekanan darah tetap rendah sehingga mengurangi tekanan terhadap aorta.

BACA JUGA:  Diagnosis Angina