Melawan dan Menghambat Replikasi Virus HIV


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanInhibitor protease

Inhibitor protease merupakan obat yang menghambat kerja enzim protease, yaitu enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion yang menular. Inhibitor protease HIV-1 akan menghasilkan partikel virus noninfeksius dengan penurunan aktivitas enzim reverse transcriptase.

 

Karena menghambat replikasi virus dengan cara yang berbeda dari Inhibitor reverse transcriptase. L-524 dan RO 31-8959 merupakan dua buah preparat Inhibitor protease yang masih diselidiki. Efek sampingnya mencakup sakit kepala dan gangguan gastrointestinal.


Sebagai obat mengganggu afinitas HIV untuk limfosit T4. Sebagian lainnya mengubah membrane virus dan mencegah masuknya virus kedalam sel-sel hospes.

BACA JUGA:  Data Insidens Penderita Infeksi HIV dan AIDS

Inhibisi reproduksi virus merupakan mekanisme kerja yang lain. Sebagian besar preparat berada dalam berbagai fase uji klinis yang mengevalusi toksisitas serta dosis maksima yang ditoleransi (uji klinis fase I), aktivitas terhadap HIV (fase II), dan efektivitasnya  bila dibandingkan dengan obat-obat lain (fase III).

Imunomodulator

Untuk melawan penyakit AIDS bukan hanya diperlukan preparat yang akan menghambat pertumbuhan virus, tetapi juga preparat yang akan memulihkan atau menguatkan system imun yang rusak.

BACA JUGA:  Pendidikan dan Pertimbangan Gerontologi Pasien HIV

Preparat orat alfa-interferon dosis rendah  (IFN-alfa) kini sedang diteliti untuk menguji sifat-sifat antivirusnya di samping kemampuannya dalam menstimulasi sel-sel makrofag dan limfosit sel-T.

Sebagaimana dibahas dalam postingan sebelumnya, preparat parenteral alfa-interferon  juga sedang digunakan untuk mengobati sarcoma Kaposi kuteneus.

Substansi lain yang sedang dievaluasi peranannya dalam stimulasi makrofag dan limfosit mencakup interleukin 2, isoprinosin, dietilditiokarbamat (DTC), lentinan dan G-CSF (granulocyte macrophage colony stimulating factor).

Sebagaimana dibicarakan sebelumnya, G-CSF bersama-sama eritropoietin kini digunakan untuk memulihakan anemia dan neurotropenia yang disebabkan oleh terapi zidovudin.

BACA JUGA:  Bagaimana Mengelola ASI Dengan Berbagai Jenis Alat Bantu

Banyak substansi ini menyebabkan reaksi mirip flu yang mencakup demam, mengigil, artralgia, mialgia dan sakit kepala. Disamping itu, sebagian preparat menimbulkan gejala mual, vomitus, kenaikan kadar enzim hati, neutropenia, konfusi dan perubahan perilaku.

Perawat memainkan peranan yang penting dalam bentuk terapi ini dengan turut berpartisipasi dalam penilaian dan penanganan efek yang merugikan, memberikan dukungan serta pendidikan yang tepat kepada pasien, dan turut berpartisipasi dalam mengumpulkan data-data untuk ujiklinis.