A. PENGERTIAN
Hipertiroidisme adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh peningkatan produksi hormon tiroid yang disebabkan karena autoninun pada penyakit graves, virus, hiperplansia, genetik, neoplastik, atau karena penyakit sistim akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, atau penyakit akut kardiovaskuler.
B. PATOFISIOLOGI
Hiperplansia kelenjar tiroid disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon tiroid, hormon tersebut merangsang mitokondria yang meningkatnya energi untuk aktifitas sel dan produksi panas. Hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan metabolisme, peningkatan pemenuhan persediaan lemak dan meningkatnya nafsu makan serta pemasukan makanan, akibatnya curah jantung meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang meningkat dan vasadilatasi perifer yang akan meningkatkan produksi panas. Dalam sistim neurovasculer keadaan fiperaktif ini, akan menekan reflkes, dan kondisi kecamasan akan meningkatkan aktifitas saluran pencernaan. Hipartiroid dapat disebabkan karena peradangan, penyinaran tiroid atau adanya kerusakan jaringan tiroid oleh tumor.
C. TANDA DAN GEJALA
Dalam keadaan ringan ditandai dengan sakit yang serius dan akan hilang dengan spontan dalam beberapa bulan / tahun. Bila tidak diobati pasien akan menjadi kurus, gelisa dan delirium, disorientasi dan akhirnya menjadi gagal jantung gejala yang paling sering timbul pada saat permulaan adalah : Gelisah, hiperaktif, lekas marah, kuatir, tak dapat duduk dengan tenang, denyut jantung cepat saat istirahat maupun beraktifitas, tidak tahan panas, banyak berkiringat dengan ciri kulit berwarna salun, hangat dan lembab, termor pada tangan serta eksoptalmus. Gejala lain yang timbul adalah meningkatnya nafsu makan, kehilangan berat badan secara dratis, otot lemah, amenorea, dan gangguan pola BAB, diare atau konstipasi.
D. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Data Subjektif
Neurologi : Ansomia, diplopia, sakit kepala, kelemahan otot, sangat lemah . Kardiovasculer : Palpitasi dan banyak keringat.
Saluran pencernaan : Kehilangan berat badan, peningkatan nafsu makan, diare, mual, sakit perut, tidak ada nafsu makan, sakit perut hebat.
Metabolik : Banyak keringat, peka terhadap panas, meningkatnya toleransi terhadap rasa dingin.
Seksual / Reproduksi : Oligomenorea, amenore libido menurun, menurunnya kesuburan.
b. Data Objektif
Neurologi : Aritable, tremo, emosi labil, kelemahan otot atropi, refkles tendon dalam dan cepat bingung atau disorientasi, apatis, stuporl delirium dan koma.
Mata : Mata besar dan menonjol keluar, edema periorbital, termo kelopa mata, lemah atau kelumpuhan otot ekstrakuler
Kardiovasculer : Nadi cepat dan tak teratur, tekanan nadi kuat, edema, mur mur sistolik jantung banyak keringat, tahikardiat atrial febrilasi, nadi lemah hipotensi.
Pernapasan : Dispnea, frekwensi pernapasan meningkat dan dalam, edema pulmonal.
Saluran pencernaan : Berat badan menurun diare, bising usus hiperaktif, muntah terus menerus hepatomegali.
Metabolik : Banyak keringat, kelenjar tiroid membesar, bruit arteri kalenjar tiroid.
Kulit : Kulit lembut, hangat dan lembab, berkeringat kemerahan, hiperpigmentasi, rambut tipis.
Seksual / Reproduksi : Ginekomastia.
c. Data Laboratorium
Peningkatan T3 dan T4, TSH menurun.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan peningkatan stimulasi sistim sarat simpatetik oleh kadar hormon tiroid yang tinggi.
Hasil yang diharapkan :
Pasien dapat berorentasi penuh, dapat merespon dengan tepat terhadap situasi dan orang, dapat menggunakan tekni untuk mengurangi stres.
Intervensi :
• Kaji tingkat kesadaran, orentasi, efek dan persepsi tiap 4 – 8 jam, informasi perubahan perubahan yang negatif.
• Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi serta beri dukungan yang tepat.
• Ciptakan ketenangan lingkungan ( Tidak bising, batasi pengunjung mencegah situasi emosional ).
• Rencanakan dan jelaskan asuhan dengan jelas dan tepat.
• Antisipasi kebutuhan untuk mencegah reaksi heperaktif.
• Informasikan kepada pasien tentang aktifitas apa saja yang dibatasi.
• Anjurkan tekni mengurangi stres dan informasikan kapan penggunaannya.
• Orentasikan pasien terhadap lingkungan waktu dan orang ( Jam, kalender, gambar keluarga ).
2. Aktifitas intoleransi berhubungan dengan kurang suplai O2 akibat meningkatnya metabolisme.
Hasil Yang diharapkan :
Seluruh aktifitas dapat dilaksanakan sedikit / tampa bantuan.
Intervensi :
• Kaji tanda vital tanda fital dan tingkat aktifitas
• Batasi tingkat aktifitas pasien sesuai toleransi
• Atur waktu istirahan yang cukup.
• Jangan lanjutkan aktifitas bila ada tanda tidak toleransi misalnya dispnea takikardi atau kelelahan.
• Bantau pasien untuk beraktifitas bila tidak dapat melakukan sendiri karena tremor atau kelemahan.
• Rencanakan aktifitas sehari hari dan pola tidurnya.
3. Gangguan pola tidur berhubungan agitasi akibat peningkatan metabolisme.
Hasil yang diharapkan :
Pasien mempunyai pola tidur yang normal dan pasien mengungkapkan rasa puas beristirahat.
Intervensi :
• Kaji pola tidur dan aktifitas masa lalu dan saat ini
• Tanyakan bantuan yang dibutuhkan untuk pengantara tidur ( air hangat, gosok punggung dengar musik dll ).
• Diskusikan bantuan / pengantar tidur yang lain misalnya tekni relaksasi.
• Bantu pasien untuk menetapkan pola aktifitas fisik yang teratur, kurangi aktifitas yang merangsang sebelum tidur.
• Usahakan lingkungan yang mendukung untuk tidur, kurangi cahaya lampu, tutup pintu ruangan, pelihara ketenangan dan jaga privasi.
• Hindari gangguan selama tidur
• Bila mungkin rencanakan pengobatan dan pemberian obat obat pada siang dan sore hari.
• Kaji aktifitas tidur .
4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, mual, sakit perut.
Hasil yang diharapkan :
Pemasukan dan pengeluaran seimbang berat badan meningkat menjadi normal
Intervensi :
• Pantau pemasukan diet untum menambah kalori Karbohidrat dan Vit. B
• Makan porsi kecil dan sering sesuai kebutuhan kalori pasien.
• Konsultasi makanan yang dibutuhkan pasien.
• Hindari minuman yang merangsang seperti kopi, teh, cola atau yang dapat meningkatkan peristatik usus.
• Masukan cairan 2 – 3 liter / sehari, hindari juce yang menyebabkan diare.
• Timbang berat badan setiap hari.
• Kaji efektifitas pengobatan untuk mual dan sakit perut.
TIROIDEKTOMI
A. PENGERTIAN
Tiroidektomi adalh operasi mengangkat sebagian atau semua sel tiroid, tindakan ini dilakukan untuk merangsang kelenjar tiroid yang membesar dan menekan struktur jaringan disekitarnya. Biasanya dilakukan pada pasien yang tidak berespon terhadap antibiotika atau pasien yang alergi terhadap obat obatan anti tiroid dan pada pada wanita hamil.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Sebelum Operasi :
a. Data subyektif :
• Kwalitas suara dan kemampuan menelan mengalami perubahan.
• Pengertian tentang penjelasan dokter mengenai prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan.
• Pengertian tentang bagaimana mencegah ketegangan luka sayatan.
• Penertian tentang tidak boleh berbicara pada periode sesudah operasi untuk mencegah edema.
• Pengertian tentang cara berkomunikasi sesudah operasi ( Sediakan buku catatatan pasien )
• Penertian tentang cara mengatasi rasa sakit dan penggunaan ukuran skala sakit.
b. Data Objektif :
• Tanda vital
• Perubahan kwalitas suara dan kemampuan menelan
Sesudah operasi
a. Data subjektif
• Gejala hipokalsemia : Mati rasa, perasaan geli, kekakuan otot, spasme dan tetanus
• Luka sayatan sakit dan bengkak, perdarahan.
• Jalan napas merasa sesak susah menelan dan otot leher terasa tertarik.
b. Data objektif
• Suara parau.
• Perubahan pada tekanan dan puncak suara.
• Hipokalsemia.
• Luka sayatan waran kemarahan, tanda tanda peradangan, bengkak, perdarahan.
• Jalan napas : Pernapasan stedor, retroksi otot lehen dan sianosis.
Diagnosa Keperawatan.
Sebelum Operasi :
1. Potensial perubahan pengurangan cardiak output berhubungan dengan peningkatan metabolisme dan peningkatan kerja jantung.
Hasil yang diharapkan :
• Kerbutuhan cardiak output terpenuhi sesuai kebuthan tubuh.
• Kerja jantung normal.
Intervensi
• Memberikan ketenangan lingkungan dan mengurangi terjadinya kegelisahan / stres.
• Terapi : ketegangan dari luar dapat meningkatkan metabolisme dan kerja jantung.
• Meningkatkan intake makanan dengan memberi makanan sesering mungkin walaupun sedikit sedikit.
• Terapi : untuk memenuhi kebutuhan kalori dan mencegah kekurangan glycogen.
• Membatasi makanan atau minuman yang mengandung kafein.
• Terapi : efek dari kafein menyebabkan peningkatan metabolisme.
Sesudah Operasi.
1. Potensial tidak efektifnya pembersihan jalan napas berhubungan dengan perdarahan dan edema laring.
Hasil yang diharapkan :
• Pernapasan dan suara napas dalan batas normal.
• Tidak ada perdaran pada luka operasi.
Intervensi
• Monitor irama pernapasan kedalan dan kerja penapasan.
Terapi pernapasan terlihat cepat menyebabkan susah napas karena terjadi obstruksi.
• Auskultasi bunyi napas apakah tidak terjadi ronchi.
• Terapi ronchi merupakan indikasi obstruksi jalan napas.
• Perkirakan adanya dyspnea, stridor, crowing dan syanosis.
Terapi indikasi obstruksi trakhea / spasme laring, diperlukan interfensi dan efaluasi yang cepat.
• Mengatur posisi tidur 30 – 40 derjat.
Terapi fasilitas pernapasan batas edema area pembedahan dan kemungkinan pengumpulan sekret kembali tenggorokan.
• Mengatur posisi latihan napas dalam bila adanya batuk.
Terapi mengatur membersihkan jalan napas dan fentilasi, walaupun batuk tampak timbulnya nyeri tetapi mengeluarkan sekret.
• Section mulut dan trakhea indikasi kareteristik sputum.
Terapi melancarkan jalan napas.
• Menyakan kesulitan menelan dan mengeluarkan air liur dalam mulut
Terapi indikasi adanya edema / perdarahan pada jaringan tempat operasi.
• Menyiapkan uap air untuk membantu pernapasan .
Terapi membantu mengeluarkan sekret dan melegahkan tenggorokan.
• Bantu dengan membuat tracheatomy
Terapi untuk membantu pernapasan bila ada obstraksi karena edema atau perdarahan.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan pita suara / saraf laring, odema jaringan dan nyeri.
Hasil yang diharapkan :
• Menggunakan cara berkomunikasi alternatif selama 48 jam operasi
• Dapat berkomunikasi verbal tampa perubahan suara
Intervensi :
• Kaji kemampuan berbicara anjurkan untuk istirahat berbicara.
Terapi Parau dan luka pada tenggorokan menyebabkan pembekakan jaringan atau kerusakan area operasi yang menyebabkan kerusakan saraf laring.
• Menjaga komunikasi singkat dengan jawaban atas pertanyaan ya / tidak
Terapi mengurangi tuntutan terhadap respon jangan terlalu mengeluarkan suara
• Antisipasi diperlukan mungkin frekwensi bertemu pasien.
Terapi mengurangi keinginan atau kebutuhan pasien untuk
berbicara
• Anjurkan pasien untuk membatasi bersuara bila ingin memanggil dengan menekan bel.
Terapi mencegah ketegangan suara.
• Memelihara keadaan lingkungan.
Terapi lingkungan yang tenang mempelancar komunikasi tampa mengeluarkan suara yang keras.
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka operasi
Hasil yang diharapkan.
• Mengungkapkan perasaan nyaman dan tidak nyeri.
• Expresi wajah dan tubuh tampak rileks.
Intervensi
• Kaji keluhan verbal / non verbal dari nyeri dengan skala ( 1 – 10 ) kehebatan dan lamanya.
Terapi memudahkan evaluasi nyeri dan menentukan intervensi dan pengobatan yang efektif.
• Mengatur posisi semi fowler, suprot kepala / leher dengan bantal.
Terapi cegah hyperekstensi leher dan melindungi keutuhan luka operasi.
• Memberikan cairan dingin lewat mulut dan memberikan makan lunak seperti es crim.
Terapi menyejukan luka ditenggorokan dan mengurangi rasa
sakit.
• Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi.
Terapi membantu mengurangi nyeri.
• Kolaborasi untuk pemerian analgesik sesuai dosis terapi.
Terapi memblok nyeri yang timbul