“Kasih sayang akan tumbuh di hati kita bukan hari ini saja, tapi selamanya…..Amien”
Sender : +628136003xxxx
Time : 13:51:47
Date : 14/02/2007
Sebuah SMS masuk ke ponselku pagi kemaren. Dari seorang teman yang baru kukenal. Terbersit kaget ketika membacanya, ternyata sudah agak lama saya tidak tahu tanggal. Maklum, rutinitas telah membuat hak para kalender menjadi terabaikan. Menjalani hari, hampir tidak sama dengan menghitung jejak, setidaknya bagi saya dalam waktu-waktu sekarang ini.
Saban hari, bahkan jejak di rumah pun telah lama tertiup debu ketika aku baru pulang. Bukan untuk istarahat sejenak, melainkan hanya ganti baju, merendam yang lama, dan mengucek yang telah lebih lama terendam sebelumnya. Parah memang.
Dalam kondisi seperti ini, para kalender pasti ngambek, atau malah sakit hati karena tidak pernah ditengok, seperti juga debu-debu di kamar! (Harusnya mereka tak perlu berperasaan padaku, bukan?…..hiks!)
Aku baru sadar saat menjemput mentari yang sudah puluhan tombak di atas kepala. Ternyata di busur pelanginya tidak ada tulisan bahwa tanggal 14 Februari itu hari Valentine! Tidak ada sama sekali. Tidak seperti mimpi semalam di atas roda melihat mentari memendar warna keperakan berbentuk “love” dan bertulis “Valentine’s Day February 14th tomorrow!”.
Tapi kuyakinkan juga hati ini dan mencoba tetap menghadirkan tulisan dalam mimpi itu. Lama kubertengkar dengan langit disaksikan matahari dan matahati. Hingga seperti tidak nyata, seorang “malaikat angkat” menepuk pundakku, membenturkan lamunanku dengan suaranya yang pecah-pecah.
“Belum mandi?”, tanyanya seolah tidak merasa bersalah sama sekali telah menghabus begitu saja tulisan-tulisan tadi di langit sana. Bangsat! (pikirku)
“Mandi sono, sudah siang. Hari ini jangan terlambat mengumbar kasih sayang. Hari ini Valentine!”, lanjutnya bersemangat.
……
Ya ampun. Meski bukan penggemar hari-hari besar cinta, setidaknya mendengar si bangsat itu ngomong tentang “V” day dan membaca SMS tadi, “bulu kuduk” cintaku mulai berdiri. Mungkin mereka sedang berusaha mencoba mengingatkanku kembali bahwa mereka masih ada. Belum mati karena ulahku.
Yah. Terima kasih untuk yang telah mengirimkan SMS Valentine ini. Terima kasih juga (tapi ini sedikit) buat “si bangsat sang penghapus jejak matahari”-malaikat angkat-yang telah bertindak tepat waktu dan tidak tepat cara untuk menyadarkanku dari syndrom lir-skizofrenia.
Untuk pengirim SMS:
Jika saat itu pas aku masih punya pulsa, ku akan membalasnya, mungkin, dengan SMS seperti ini:
“Kasih sayang itu fitrawi. Ia ada sepanjang jejak kita. Maujud bila setiap saat kita mengikhlaskan diri menjemput asa. Tidak perlu khawatir. Meski jalan masih akan panjang kita lewati, tetapi kasih sayang tidak akan pernah surut. Amien”
Tapi barangkali akan lebih bagus kalau aku jawab seperti ini:
“Menepilah sejenak ‘tuk lepaskan penat hari. Buat hati menjawab tanya telah seberapa kasih kita menyayangi orang lain, dan sejauh mana sayang kita telah mengasihi orang lain”
Sayangnya SMS tidak jadi kukirim saat itu. Bukan karena tidak mau, tapi tidak ada pulsa. Untungnya, kasih sayang di hati ini sama sekali tidak sama dengan pulsa itu…..
Ups, buat Nana, happy valentine! (kalau juga merayakannya)