Stress Pada Saat Bekerja (Kasus)


Model Stres dalam Pekerjaan

Faktor organisasional yang menjadi sumber atau mempengaruhi stress cukup banyak jumlahnya, Bcbcrapa diantaranya yang penting dan telah sering diteliti adalah sebagai berikut:

 

1. Role ambiguity and role conflict (kekaburan peran dan konflik peran).

Role ambiguity atau kekaburan peran adalah suatu kesenjangan antara jumlah informasi yang dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkannya untuk dapat melaksanakan perannya dengan tepat (Brief et al. dalam Nimran, 1999:86).


Karenanya kekaburan peran adalah bersifat pembangkit stres sebab ia menghalangi individu untuk melakukan tugasnya dan menyebabkan timbulnya perasaan tidak aman dan tidak menentu.

Seseorang dapat dikatakan berada dalam kekaburan peran apabila ia menunjukkan ciri-ciri antara Iain sebagai berikut:

  • tidak jelas benar apa tujuan peran yang dimamkannya;
  • tidak jelas kepada siapa ia bertanggung jawab dan siapa yang melapor kepadanya;
  • tidak sepenuhnya mengerti apa yang diharapkan dari padanya dan
  • tidak memahami benar peranan daripada pekerjaannya dalam rangka pencapaian tujuan secara keseluruhan.
BACA:  Teknologi Kedokteran, Pengaruh Pasar, dan Perilaku Ekonomi

Di lain pihak, role conflict atau konflik peran didefinisikan oleh Brief et al (dalam Nimran, 1999:87) sebagai “the incongruity of expectations associated with a role”.

Jadi, konflik peran itu adalah adanya ketidakcocokan antara harapanharapan yang berkaitan dengan suatu peran.

Secara lebih spcsifik, Leigh et al (dalam Nimran, 1999:87-88) menyatakan bahwa “Role conflict is the result of an employee facing the inconsistent Expectations of various parlies or personal needs, values, etc.

Artinya, konflik peran merupakan hasil dari ketidakkonsistenan harapan-harapan berbagai pihak atau persepsi adanya ketidakcocokan antara tuntutan peran dengan kebutuhan, nilai-nilai individu, dan sebagainya.

BACA:  Klaim Budaya Malaysia dan Pelajaran Berharga Bagi Indonesia

Sebagai akibatnya, seseorang yang mengalami konflik peran akan berada dalam suasana terombang-ambing, terjepit, dan serba salah.

Ciri-ciri seseorang yang berada dalam konflik adalah sebagai berikut:

  • mengerjakan hal-hal yang tidak perlu;
  • terjepit di antara dua atau lebih kepentingan yang berbeda (atasan dan bawahan);
  • mengerjakan sesuatu yang diterima oieh pihak yang satu tetapi tidak oleh yang
    lain;
  • menerima perintah/permintaan yang bertentangan,
  • mengerjakan sesuatu atau bcrhadapan dengan keadaan di mana saluran komando dalam organisasi tidak dipatuhi.

Kahn et al. (dalam Nimran, 1999:89) menemukan bahwa kekaburan peran berhubungan negarif dengan kesehatan fisik dan psikis.

Para peneliti ini melaporkan bahwa individu yang mengaiami kekaburan peran yang tinggi eenderung merasa kurang puas terhadap pekerjaannya dan melaporkan tekanan pekerjaan yang tinggi dibandingkan dengan mereka yang rendah kekaburan perannya atau perannya lebih jelas.

BACA:  Nyeri Tengkuk, Hipertensi atau Penyakit Tulang?

2. Work Overload (kelebihan beban kerja)

Work overload atau kelebihan beban kerja oleh French & Caplan (dalam Nimran, 1999:89) dibedakan dalam quantitative overload dan qualitative overload. Menurut istilah mereka yang bersifat kuantitatif adalah “having too much to do”, sedangkan yang bersifat kualitatif yang disebutkan sebagai “too difficult.”

Jadi manakala para pekerja merasa bahwa terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, terlalu beragam hal yang harus dilakukan, atau tidak cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan lugas yang dibebankan, maka keadan ini disebut kelebihan beban kerja kuantitatif atau quantitative overload Ivancevich & Matteson (dalam Nimran, 1999:90).