Otot Two-Joint dan Multijoint


Beberapa otot pada tubuh manusia dapat melewati 2 atau lebih sendi. Sebagai contoh, biceps brachii, caput longum triceps brachii, hamstring, rectus femoris, dan sejumlah otot-otot yang melewati wrist dan semua sendi jari-jari tangan. Semenjak besarnya ketegangan yang ada pada beberapa otot adalah konstan sepanjang ROM serta letak perlekatan tendon pada tulang, maka otot-otot tersebut dapat mempengaruhi gerakan secara simultan pada kedua sendi atau semua sendi yang dilewatinya. Efektifitas dari otot two-joint atau multijoint dalam menghasilkan gerakan bergantung pada lokasi dan orientasi perlekatan otot yang relatif pada sendi, adanya tightness (ketegangan yang berlebihan) atau laxity (kelenturan yang berlebihan) pada unit musculotendinous, dan aksi otot lain yang melewati sendi. Sedangkan otot one-joint menghasilkan gaya dalam arah yang segaris dengan segmen tubuh, otot two-joint dapat menghasilkan gaya dengan komponen transversal yang signifikan. Selama aktivitas yang berbasis power seperti jumping (meloncat) dan sprint (lari cepat), otot-otot biartikular yang melewati hip dan knee khususnya efektif dalam mengubah rotasi segmen tubuh kedalam gerak translasi seluruh tubuh yang diinginkan.


BACA JUGA:  Perubahan Panjang Otot yang Berkaitan Dengan Perkembangan Tension

Bagaimanapun juga, ada 2 kerugian yang berhubungan dengan fungsi otot two-joint dan multijoint. Pertama, otot-otot tersebut tidak mampu memendek dengan luas untuk menghasilkan full ROM pada semua sendi yang dilewatinya secara simultan, keterbatasan ini disebut dengan aktif insuffisiensi. Sebagai contoh, fleksor jari-jari tangan tidak dapat menghasilkan kepalan tangan yang kuat ketika wrist dalam keadaan fleksi daripada wrist dalam keadaan neutral. Beberapa otot two-joint tidak mampu menghasilkan gaya pada semua sendi ketika posisi kedua sendi yang dilewati oleh otot dalam keadaan kendur maksimal. Kedua, pada sebagian besar orang, otot-otot two-joint dan multijoint tidak dapat stretch dengan luas untuk full ROM dalam arah yang berlawanan dengan semua sendi yang dilewatinya. Problem ini dikenal sebagai pasif insuffisiensi. Sebagai contoh, ROM hiperekstensi yang luas mungkin terjadi pada wrist ketika jari-jari tidak penuh ekstensi. Sebaliknya, ROM dorsifleksi ankle yang luas dapat dihasilkan ketika knee dalam posisi fleksi karena adanya perubahan tightness dari otot gastrocnemius.