Prinsip Fisioterapi Pada Usia Lanjut


Perubahan fisiologik pada usia lanjut, mengakibatkan kemunduran fungsi alat tubuh, yang bermuara pada menurunnya kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Penurunan kondisi yang berhubungan dengan fisioterapi antara lain pada :
1. Otot muscular : terjadi penurunan kekuatan, daya tahan dan tonus
2. Neural : Reflex menurun dan koordinasi
3. Skeletal : Tulang menjadi keropos (Osteoporosis)
4. Articular : Diskus menurun elastsitasnya, joint space menyempit, terjadi limitasi gerak dan kalsifikasi sendi
5. Postur : Hiper kiposis atau hiper lordosis
6. Persepsi : Menurunnya perasaan sendi, streognosis atau proprioseptif
7. Kognitif : fungsi intelektual, konsentrasi menurun
8. Kardiovaskular : menurunnya kekuatan dan volume myocardium curah stroke volume dan denyut jantung elastisitas + pengapuran pembuluh darah.
9. Respiratori : Volume paru TV menurun, RV meningkat, otot-otot inspiratori dan ekspiratori menurun kekuatannya, fungsi respirasi menurun
Sehubungan dengan proses/perubahan fisiologik usila di atas maka penanganan fisioterapi harus dengan “perlakuan khusus”, dikaitkan dengan problematic yang ditimbulkan dengan mengacu pada Fisiologi Usia lanjut.
Proses ketuaan pada orang tidak dapat dihindari karena proses bersifat alami. Penurunan fungsi fisik dan mental ini dapat dipertahankan (agar tidak lebih menurun dengan pemberian program latihan “kebugaran fisik”), namun demikian bisa juga menimbulkan gangguan pada berbagai fungsi system tubuh, disamping itu para lanjut usia rentang dari berbagai penyakit lanjut usia (sering menyerang usia-usia lanjut).
Oleh karena itu penanganan para lanjut usia harus melalui pendekatan yang bersifat “holistic” (bukan hanya penyakit/problematiknya dieliminir tapi juga mempertimbangkan factor lingkungan keluarga, masyarakat dan social).
Penanganan /intervensi fisioterapi juga tidak terlepas dari peran keluarga dan masyarakat (factor lingkungan dan social).
Lanjut usia sebagai bagian dari komunitas yang berada ditengah masyarakat akan memiliki banyak keterbatasan karena proses penuaan. Peran keluarga sangat penting/sentral dalam memberikan : “perhatian, motivasi, home program manager”, dalam menjalankan program fisioterapi. Dalam hal ini keluarga merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan program terapi yang diberikan (terutama jika para lanjut usia harus direhabilitasi).
Bagi keluarga yang mampu, mungkin memerlukan tenaga perawat, terutama bagi para lanjut usia dengan problematic yang berat. Nurse sangat membantu melakukan AKS (ADL) seperti ambulasi/tranver dan self care.
Lanjut usia yang merupakan komunitas masyarakat tetap harus dipertahankan sebatas kemampuan lanjut usia itu sendiri. Masyarakat/ lingkungan sosialnya seyogyanya tetap menerima para lanjut usia di setiao kegiatanny yang sesuai.
Peran masyarakat yang lebih jauh sekarang ini dengan ditampungnya para lanjut usia dipanti-panti jompo, sehingga para lanjut usia tidak terlantar, terasingkan/tersisihkan bahkan memiliki teman/kawan dalam berinteraksi disamping penanganannya lebih terpadu dan terkontrol.
Dalam pendekatan/intervensi fisioterapi, factor utama seperti pemberian/penanganan dari sudut “rehabilitasi” perlu diperhatikan. Pada umumnya gangguan system di tubuh akibat pada lanjut usia memerlukan pendekatan rehabilitasi. Dalam hal ini, fisioterapis harus bisa bekerja sama dengan “Tim Rehabilitasi Geriatrik” lainnya.
Dalam menangani/pemberian intervensi fisioterapi pada lanjut usia sangat perlu diperhatikan unsure/aspek diagnostic fisioterapi dikaitkan dengan problematic fisioterapi dan patofisiologi yang eratt kaitannya dengan gangguan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.
Sebagai contoh : pada kelompok system musculoskeletal : ada/terdapat beberapa kelompok penyakit (berdasarkan diagnose dokter) seperti osteoporosis, RA atau spondylosis. Kesemuanya dikategorikan penyakit degenerative namun intervensi fisioterapi tidak ditujukan pada penyakit di atas. Tapi hal (problematic) yang dialami pasien. Misalnya “keterbatasan sendi”. Problematik ini yang harus di kuasai/di pelajari/dikaitkan dengan anatomi, fisiologi, patalogi keterbatasan sendi, dalam pemberian Fisioterapi. Sedangkan “penyakit” di atas dapat di masukkan menjadi unsur penyebab dan prognosis dari keterbatasan sendi. Namun demikian kita juga perlu tahu secara garis besar patologi dari AO dan RA dan seterusnya untuk kepentingan prognosis, diagnosis dan keamanan dalam pemberian teknik fisioterapi pada usia lanjut.

BACA JUGA:  Reduksi Tertutup dengan Traksi