Tinjauan dan Patofisiologi Acquired Immunodeficiency Syndrome


www.ilmukesehatan.com/keperawatanSindrom imunodefisiensi yang didapat (AIDS, Acquired Immunodeficiency Syndrome) diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus-menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV).

 Selama bertahun-tahun, HIV diartikan sebagai HTLV III (human T-cell lymphotropic virus tipe III) dan virus yang berkaitan dengan limfadenopati (LAV; lymphadenophaty associated virus).

 

Manifestasi infeksi HIV berkisar mulai dari kelainan ringan dalam respons imun tanpa tanda-tanda dan gejala nyata hingga keadaan imunosupresi yang berat yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.


 Pada musim gugur ditahun 1982, the Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mempublikasikan definisi kasus penyakit AIDS sesudah terdapat 100 kasus pertama yang dilaporkan.

BACA JUGA:  HIV Sebagai Suatu Penyakit Kronik

Sejak itu, CDC telah merevisi definisi kasus ini sebanyak dua kali (pada tahun 1987 dan 1993) sehingga jumlah kasus-kasus penyakit AIDS yang dilaporkan semakin meningkat.

Patofisiologi

HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA).

Virion HIV (partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung dimana p24 merupakan komponen structural yang utama.

Tombol (knob) yang menonjol lewat dinding virus terdiri dari protein gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4-positif (CD4 +) adalah gp120 dari HIV.

BACA JUGA:  Data Insidens Penderita Infeksi HIV dan AIDS

Sel-sel CD4 + mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper (yang dinamakan sel-sel CD4 + kalau dikaitkan dengan infeksi HIV); limfosit T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel diatas.

Sesudah terikat dengan membrane sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.

Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan pemograman ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda).

BACA JUGA:  Pedoman Menginterpretasikan Hasil Tes Kulit Pasien Alergi

DNA ini akan disatukan kedalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV; cytomegalovirus), virus Epstein-Barr, herpes simpleks dan hepatitis.

Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas kedalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4 + lainnya.