Respons Sistemik Lain Pada Luka Bakar


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanFungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cedera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin.

Jika terjadi kerusakan otot (misalnya, akibat luka bakar listrik), mioglobin akan di lepaskan dari sel-sel otot dan diekskresikan oleh ginjal.

 

Penggantian volume cairan yang memadai akan memulihkan aliran renal, meningkatkan laju filtrasi glomerulus dan menaikkan volume urin.


Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul komplikasi nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.

Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat respons imun akan di pengaruhi secara merugikan.

BACA JUGA:  Fase Rehabilitasi Pada Perawatan Luka Bakar

Kehilangan intergritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan kadar imunoglobin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, dan penurunan jumlah limfosit (limfositopenia) . imunosupresi membuat pasien luka bakar berisiko tinggi untuk mengalami sepsis.

Hilangnya kulit juga menyebabkan ketidak mampuan tubuh untuk mengatur suhunya, karena itu pasien-pasien luka bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang rendah dalam beberapa jam pertama pasca-luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan hipermetabolisme menyetel kembali suhu inti tubuh, pasien luka bakar akan mengalami hipertemia selama sebagian besar periode pasca-luka bakar kendati tidak terdapat infeksi.

BACA JUGA:  Cara Memperbaiki Integritas Kulit dengan Perawatan Luka Bakar

Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu: ileus paralitik (tidak adanya peristalsis usus) dan ulkus Curling.

Berkurangnya peristalsis dan bising usus merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan tindakan dekompresi lambung (dengan pemasangan sonde lambung).

Pendarahan lambung yang terjadi sekunder akibat setres fisiologik yang masif dapat di tandai oleh darah okulta dalam feses, regurgitasi mentahan seperti bubuk kopi dari dalam lambung, atau vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum (ulkus curing).