Inflamasi meliputi serangkaian tahapan yang saling berkaitan. Tahap pertama merupakan kejadian pemicu dimana stimulus antigen mengaktifkan monosit dan limfosit T (yang juga dinamakan sel T).
Selanjutnya, antibody immunoglobulin membentuk kompleks imun dengan antigen (reksi tipe III yang diantarai kompleks imun). Fagositosis kompleks imun akan dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi (pembengkakan, nyeri serta edema pada sendi).
Selama tahap berikutnya akan terjadi penyimpangan dari respons imun yang normal. Fagositosis akan menghasilkan zat-zat kimia seperti leukotrien dan prostaglandin.
Leukotrien turut serta dalam menimbulkan proses inflamasi dengan menarik sel-sel darah putih lainnya kedaerah inflamasi tersebut. Prostaglandin bertindak sebagai modifier inflamasi, pada sebagian kasus, prostaglandin meningkatkan proses inflamasi sementara pada sebagian lainnya memperlambat proses ini.
Leukotrien dan prostaglandin akan menghasilkan enzim seperti kolagenase yang akan memecah kolagen, kolagen merupakan bagian penting pada sendi yang normal.
Pelepasan enzim-enzim ini dalam sendi akan menimbulkan edema, proliferasi membrane synovial dan pembentukan pannus, penghancuran kartilago dan erosi tulang.
Proses inflamatori imunologik dimulai dengan disampaikannya antigen pada sel T (limfosit T) yang diikuti oleh proliferasi sel-sel T dan B. Sel B merupakan sumber bagi sel-sel pembentuk antibody atau sel-sel plasma.
Sebagai reaksi terhadap antigen yang spesifik, sel plasma akan memproduksi dan melepaskan antibody. Antibody akan mengikat antigen yang bersesuaian untuk membentuk pasangan atau kompleks imun.kompleks imun terbentuk dan tertimbun dalam jaringan synovial atau organ lainnya dalam tubuh; keadaan ini akan memicu reaksi inflamasi yang akhirnya dapat merusak jaringan yang terkena.
Sifat sistemik pada kategori penyakit reumatik yang dikenal sebagai penyakit jaringan ikat dicerminkan dalam bentuk proses inflamasi yang tersebar luar. Meskipun berfokus pada persendian, inflamasi juga melibatkan bagian-bagian tubuh lainnya.
Pembuluh darah (vaskulitis serta arteritis), paru-paru, jantung dan ginjal dapat pula terkena oleh inflamasi. Pada persendian, respons inflamatori ini bermanifestasi sebagai pannus yang meluas diseluruh rongga sendi, dan bila persisten, keadaan ini akan menimbulkan erosi kartilago artikuler sehingga terjadi perubahan degenerative sekunder pada sendi tersebut.