Pasien kerapkali menghembuskan perasaan marahnya.
Kadang-kadang amarah tersebut ditujukan ke dalam dirinya akibat adanya rasa bersalah-barangkali karena ia yang menyebabkan kebakaran atau karena ia masih hidup sementara orang yang dikasihinya tidak terselamatkan dalam peristiwa kebakaran tersebut-atau amarah ini dapat mengarah ke luar kepada orang yang berhasil lolos tanpa cedera atau kepada orang yang merawatnya.
Salah satu cara untuk membantu pasien mengatasi emosinya adalah mendaftarkan seorang yang dapat menjadi tempat tumpahan perasaan pasien tanpa takut akan pembalasannya.
Perawat, pekerja social, ulama atau pendeta yang tidak terlibat langsung dalam aktivitas perawatan dapat mengisi peranan ini dengan hasil yang baik.
Pasien luka bakar sangat bergantung pada anggota tim perawatan kesehatan selama periode sakit akut yang lama. Kendati demikian, sekalipun secara fisik tidak mampu memberikan kontribusi yang banyak kepada keperawatan mandiri, anggota tim tersebut dapat di ikutsertakan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan dan didorong untuk menyatakan individualitasnya dalam pengertian preferensi serta pengenalan terhadap identitas mereka yang unik.
Setelah mobilitas dan kekuatan pasien membaik, perawat dapat bekerja bersama mereka untuk menentukan harapan yang realistik terhadap perawatan mandiri, termasuk makan sendiri, membantu melaksanakan perawatan luka, melakukan latihan dan merencanakan masa depan.
Banyak pasien memberikan respons yang positif terhadap pemakaian kesepakatan yang bersifat kontrak dan strategi lainnya yang mengakui kebebasan mereka serta peranan mereka yang spesifik sebagai bagian dari tim perawatan kesehatan yang menuju kepada perawatan mandiri.