Penanganan Keganasan
Penatalaksanaan sarcoma Kaposi biasanya sulit karena sangat beragamnya gejala dan system organ yang terkena. Sarcoma Kaposi jarang mengancam jiwa penderitanya kecuali bila mengenai paru atau saluran cerna.
Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi gejala dengan memperkecil ukuran lesi pada kulit, mengurangi gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan edema serta ulserasi, dan mengendalikan gejala yang berhubungan dengan lesi mukosa serta organ visceral.
Tidak ada satu pun terapi sistemik yang terbukti mampu meningkatkan kelangsungan hidup pasien. Terapi local mencakup eksisi lesi atau pengolesan nitrogen cair pada lesi kulit setempat dan penyuntikan lesi intraoral dengan larutan encer vinblastin.
Penyuntikan lesi intraoral akan disertai rasa nyeri dan iritasi setempat. Hingga saat ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa ABV (adriamisin, bleomisin dan vinkristin).
Mielosupresi yang signifikan terjadi pada 40% hingga 50% pasien yang menjalani terapi ini dengan peningkatan insidens infeksi oportunis sebesar 30%.
Terapi radiasi sama efektifnya seperti tindakan paliatif untuk meringankan nyeri local akibat massa tumor (khususnya pada tungkai) atau untuk mengatasi sarcoma Kaposi yang menimbulkan deformitas atau perubahan anatomis yang tidak menyenangkan.
Alfa –interferon untuk sarcoma Kaposi. Interferon dikenal karena efek antivirus dan antitumor yang dimilikinya. Pasien yang diobati dengan Alfa-Interferon untuk mengatasi sarcoma Kaposi kutaneus akan mengalami regresi tumor dan perbaikan fungsi system imun.
Respons yang positif terlihat pada 30% hingga 50% pasien, dengan respons terbaik pada mereka yang penyakitnya terbatas dan tanpa infeksi oportunis. Alfa-Interferon dapat diberikan intravena, intramuskuler atau subkutan.
Pasien dapat menyuntikkan sendiri preparat interferon di rumah atau mendapatkannya pada klinik rawat jalan. Petunjuk tentang cara penyuntikkan yang benar dan penanganan efek yang merugikan harus diberikan oleh perawat.
Limfoma
Keberhasilan terapi limfoma yang berhubungan dengan AIDS sangat terbatas mengingat progresivitas malignansi ini yang cepat. Kombinasi kemoterapi dengan terapi radiasi akan mencapai angka respons sebesar 50% dengan durasi yang pendek secara nyata.
Karena terapi standar untuk limfoma non AIDS tidak efektif, banyak praktisi menganjurkan agar limfoma yang berhubungan dengan AIDS dipelajari sebagai suatu kelompok tersendiri dalam uji klinis.