Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Demam Tifoid


Sebagai salah satu penyakit yang menganggu dan lumrah terjadi di Indonesia, tifus berbeda dengan berbagai penyakit menular seperti demam berdarah atau penyakit lainnya yang sifatnya musiman, karena tifus dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak mengenal musim. Penyakit ini dalam dunia kesehatan Indonesia sebagai demam tifoid yang merupakan penyakit infeksi akut usus halus dan bersifat menular. Seseorang dapat tertular tifus apabila terjadi kontak langsung dengan penderita, lewat kotoran, urine, atau muntahannya yang mengandung bakteri salmonella typhi sebagai organisme yang menjadi sumber infeksinya.

Manifestasi Klinis dari demam tifoid adalah:

 

Minggu I


Gejala mirip gejala akut infeksi seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, dan muntah, konstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, epistaxis (mimisan).

Minggu II

Demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (putih), hematomegali (pembesaran hati), splenomegali, gangguan kesadaran seperti somnolen, koma.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh demam tifoid adalah perdarahan usus atau perforasi (kebocoran) usus jika tidak mendapat pertolongan yang tepat. Perdarahan usus ini dapat terjadi pada saat demam tinggi, ditandai dengan suhu mendadak turun, nadi meningkat cepat, dan tekanan darah menurun. Selain itu juga dapat terjadi komplikasi selain di sistem pencernaan klien seperti:

BACA JUGA:  Pendengaran Bayi dan Baby Blues

1. Ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, spondilitis, GGA (gagal ginjal akut)/GGK (gagal ginjal kronik).

2. Kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi renjatan, syok, miokarditis.

3. Darah: anemia hemolitik, trombositopenia, DIC, sindrom uremik hemolitik.

4. Paru: pneumonia, empisema, pleuritis.

5. Hepar: hepatitis, kolelitiasis

6. Tulang: osteomielitis, periotitis, spondilitis, arthritis.

7. Neuropsikiatrik: delirium, meningismus, psikosis.

Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

· Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksi, muntah, mual.

· Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.

· Resiko terjadinya gangguan proses piker.

· Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

Umumnya pasien demam tifoid membutuhkan perawatan di rumah sakit karena beresiko menderita kekurangan cairan. Namun bila demam tifoid ini terjadi pada anak, terkadang dokter mempertimbangkan untuk perawatan di rumah. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan untuk perawatan demam tifoid di rumah:

BACA JUGA:  Tahap Perkembangan Bayi dan Balita

1. Pisahkan anak penderita demam tifoid dari saudara-saudaranya untuk menghindari penularan. Bahkan bila ibu menemani, tidak disarankan untuk tidur bersama dengan anak yang sakit. Sebaiknya tempatkan anak yang sakit di kamar tersendiri, tentunya dengan perhatian penuh dari kedua orang tua untuk menghindari perasaan terisolir/kesepian pada anak tersebut.

2. Upayakan klien dengan demam tifoid beristirahat total di tempat tidur sampai demamnya turun. Demam bisa berlangsung selama dua minggu. Setelah demam turun, teruskan istirahat sampai suhu normal kembali. Jelaskan pada anak bahwa untuk mandi, buang air besar dan kecil harus meminta pertolongan kepada ibu atau orang dewasa lainnya yang ada di rumah.

3. Ingatkan kepada siapa saja yang membantu untuk selalu mencuci tangan dengan desinfektan sebelum dan sesudah kontak dengan anak yang sakit.

4. Seperti halnya di rumah sakit, orang tua perlu mengukur suhu tubuh anak dan mencatatnya. Catatan suhu tubuh ini sangat penting untuk dikonsultasikan ke dokter dan bila ada peningkatan suhu tubuh yang tinggi.

BACA JUGA:  Kenali Penyakit Malaria

5. Biasanya dokter memberikan obat yang sudah diperhitungkan sampai suhu tubuh turun. Jika obat hampir habis, sementara suhu tubuh makin tinggi, konsultasikanlah ke pelayanan medis atau dokter karena mungkin membutuhkan perawatan yang lebih intensif di rumah sakit.

6. Untuk membantu mempercepat penurunan suhu tubuh, upayakan agar anak banyak minum air putih, dikompres dengan air hangat, dan jangan menutupinya dengan selimut agar penguapan suhu lebih lancer.

7. Berikan makanan yang mengandung banyak cairan dan bergizi seperti sop dan sari buah, juga makanan lunak, seperti bubur.

8. Pembuangan feses dan urine harus dipastikan dibuang ke dalam WC dan disiram dengan air sebanyak-banyaknya. WC dan sekitarnya pun harus bersih agar tidak ada lalat yang akan membawa kuman ke mana-mana. Bila anak menggunakan pot atau urinal untuk BAK dan BAB, jangan lupa untuk merendamnya dengan cairan desinfektan setelah dipakai.

9. Rendam pakaian anak dengan desinfektan sebelum dicuci, dan jangan mencampurnya dengan pakaian yang lain.