Terapi untuk Pasien Anafilaksis


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanTerapi spesifik bergantung pada beratnya reaksi. Pada mulanya diperlukan pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi respiratorius dan kardiovaskuler.

Jika pasien berada dalam keadaan henti jantung, resusitasi kardiopulmoner atau kalau pasien tampak mengalami sianosis, dispnea dan mengi.

 

Epinefrin dalam bentuk larutan dengan pengenceran 1:1000 disuntikkan subkutan pada ektremitas atas atau paha dan dapat diikuti dengan pemberian infuse yang kontinyu.


Antihistamin dan kortikosteroid dapat pula diberikan untuk mencegah berulangnya reaksi dan urtikaria serta angioedema. Untuk mempertahankan tekanan darah dan status hemodinamika yang normal, diberikan preparat volume expander dan vasopresor.

BACA JUGA:  Chiari Malformasi Merupakan Penyakit langka

Pada pasien dengan bronkospasme atau riwayat asma bronkiale atau penyakit paru obstruktif menahun, preparat aminofilin dan kortikosteroid dapat pula diberikan untuk memperbaiki kepatenan serta fungsi saluran nafas.

Pada kasus-kasus dimana keadaan hipotensi tidak responsive terhadap preparat vasopresor, penyuntikan glukangon intravena dapat dilakukan untuk memberikan efek kronotropikdan inotropik yang akut.

Pasien dengan reaksi yang berat harus diamati dengan ketat selama 12 hingga 14 jam. Karena berpotensi untuk kambuh kembali, pasien dengan reaksi yang ringan sekalipun harus mendapat penjelasan mengenai risiko ini.