Pajanan sinar matahari merupakan penyebab utama kanker kulit, insidensinya berhubungan dengan jumlah total pajanan sinar matahari. Kerusakan akibat sinar matahari bersifat kumulatif, dan efek yang berbahaya mencapai taraf yang berat pada usia 20 tahun.
Peningkatan insidensi kanker kulit kemungkinan disebabkan oleh perubahan gaya hidup, dan kebiasaan orang berjemur serta melakukan aktivitas dibawah sinar matahari. Tindakan protektif harus dilakukan seumur hidup.
Orang yang tidak memproduksi (pigmen) melanin dengan jumlah yang cukup di dalam kulit untuk melindungi jaringan dibawahnya sangat rentan akibat kerusakan sinar matahari.
Orang yang paling berisiko itu adalah orang yang berkulit cerah, bermata biru, berambut merah yang nenek moyangnya Celtic, atau dengan orang yang berwarna kulit merah muda atau cerah disamping orang yang sudah lama terkena sinar matahari tanpa terjadi perubahan warna kulit menjadi coklat kekuningan.
Populasi lain yang berisiko adalah para pekerja diluar rumah (seperti petani, pelaut, nelayan ) dan orang-orang terpajan sinar matahari untuk suatu periode waktu.
Orang berusia lanjut dengan kulit yang rusak karena sinar matahari juga merupakan kelompok lain yang juga menghadapi risiko seperti halnya mereka yang mendapat terapi sinar-x untuk pengobatan agne atau lesi benigna kulit.
Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat kimia tertentu (senyawa arsen, nitrat, batubara , ter serta aspal dan parafin) juga termaksud dalam kelompok yang berisiko.
Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian. Kanker sel skuamosa dapat dijumpai pada daerah osteomielitis yang mengeluarkan sekret secara kronik karena perubahan neoplastik bisa terjadi didalam fistulanya.
Ulkus yang lama pada ekstremitas bawah juga dapat menjadi lokasi asal kanker kulit. Dalam kenyataannya, setiap keadaan yang menyebabkan pembentukan sikatriks atau iritasi kronik dapat menimbulkan penyakit kanker.
Pasien yang sistem kekebalannya terganggu juga memperlihatkan insidensi tumor maglianan kulit yang meningkat. Faktor-faktor genetik juga turut terlibat.
Faktor-Faktor Lingkunagan.
Perubahan pada lapisan ozon akibat polusi udara global oleh industri, seperti polusi klorofluorokarbon, telah memperbesar keprihatinan terhadap peningkatan insidensi kanker kulit, khususnya melanoma maglina.
Ozon merupakan lapisan tipis gas eksplosif berwarna kebiruan yang berfariasi di dalam stratosfer yang terbentuk oleh radiasi sinar ultraviolet matahari terhadap bentuk aloktropik oksigen.
Lapisan ozon diketahui memiliki ketebalan yang bervariasi menurut musimnya dengan lapisan yang paling tebal pada kawasan Kutub Utara serta Selatan dan yang paling tipis di daerah Ekuator.
Diyakini bahwa lapisan ozon ini membantu melindungi bumi terhadap efek radiasi sinar ultraviolet matahari. Para pakar yang mengemukakan teori ini pemprediksikan peningkatan insidensi kanker kulit sebagai konsekuensi dari perubahan pada lapisan ozon. Riset lebih lanjut harus mengungkapkan apakah destruksi ozon merupakan keprihatinan yang layak dan ancaman kesehatan yang potensial.