Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit reumatik berpotensi untuk menimbulkan efek yang serius dan merugikan.
Dokter menentukan program obat yang diresepkan berdasarkan gejala klinis dan riwayat medik masa lalu, dan kemudian memantau efek sampingnya lewat pengkajian klinis serta pemantauan laboratorium secara berkala.
Perawat memiliki peranan yang penting dalam bekerja sama dengan dokter dan apoteker untuk membantu pasien mengenali dan mengatasi efek samping obat.
Efek samping ini dapat mencakup perdarahan atau iritasi gastrointestinal, supresi sumsum tulang, keracunan pada ginjal atau hati, peningkatan insidensi infeksi, luka-luka pada mulut, ruam dan perubahan penglihatan.
Tanda-tanda dan gejala lainnya adalah hematoma, gangguan pernapasan, vertigo, ikterus, urin yang berwarna gelap, tinja yang hitam atau berdarah, diare, mual serta vomitus, dan sakit kepala.
Infeksi lokal dan sistemik yang sering disamarkan oleh pemakaian kortikosteroid dosis tinggi harus dipantau dengan ketat (untuk rujukan efek samping obat yang digunakan dalam penggobatan penyakit reumatik) penyuluhan yang diberikan pada pasien harus mencakup pelajaran tentang teknik-teknik pemberian obat yang benar, cara-cara mengurangi efek samping obat dan tindakan untuk memastikan pemantauan yang teratur.
Perawat harus siap untuk memberikan pelayanan konsultasi pada saat-saat di luar kunjungan dokter. Jika timbul efek samping, pemberian obat mungkin harus dihentikan atau dosisnya dikurangi.
Pasien dapat mengalami peningkatan gejala pada saat komplikasi obat diatasi atau saat penggunaan obat yang baru dimulai. Pada keadaan semacam ini, konseling yang diberikan perawat mengenai penanganan gejala dapat meredakan kecemasan dan distres yang berpotensial terjadi.