Manifestasi sindrom gout mencakup artritis gout yang akut (serangan rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal yang menumpuk dalam jaringan artikuler, jaringan oseus, jaringan lunak serta kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan batu asam urat dalam traktus urinarius.
Ada empat stadium penyakit gout yang dikenali: hiperurisemia asimtomatik, artritis gout yang kronis, gout interkritikal dan gout tofaseus yang kronik.
Kurang dari satu di antara lima penderita hiperurisemia akan mengalami penumpukan kristal urat yang tampak nyata secara klinis pada saat tertentu.
Pengembangan selanjutnya penyakit gout tersebut berhubungan langsung dengan lama dan beratnya hiperurisemia. Jadi, komitmen pada terapi hiperurisemia yang berlangsung seumur hidup itu dapat ditangguhkan sampai terjadi serangan awal penyakit gout.
Bagi penderita hiperurisemia yang akan menderita penyakit gout, artritis akut merupakan manifestasi klinis yang paling sering ditemukan.
Sendi metatarsofalangeal pada ibu jari kaki merupakan sendi yang paling sering terkena (75% dari seluruh pasien) kendaki bagian tarsal, pergelangan kaki atau sendi lutut dapat pula menjadi sasaran.
Serangan akut dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol, diet yang salah, obat-obatan, stres bedah atau keadaan sakit. Awitan yang mendadak sering terjadi pada malam hari dan membuat pasien terbangun dengan rasa nyeri yang hebat, kemerahan, pembengkakan serta rasa hangat pada sendi yang sakit.
Serangan dini cenderung sembuh spontan dalam waktu 3 sampai 10 hari sekalipun tanpa terapi. Serangan tersebut akan diikuti oleh periode tanpa gejala—yaitu stadium interkritikal—hingga serangan berikutnya yang mungkin belum terjadi dalam tempo beberapa bulan atau tahun.
Walaupun begitu, bersamaan dengan berjalannya waktu, serangan cenderung terjadi dengan lebih sering, melibatkan lebih banyak sendi dan berlangsung lebih lama lagi.
Tofus umumnya ditemukan pertama kali dalam tempo rata-rata 10 tahun sesudah awitan serangan gout. Sekitar 50% pasien yang pengobatannya tidak memadai pada akhirnya akan mengalami endapan tofaseus.
Tofus umumnya disertai dengan episode inflamasi yang lebih sering dan lebih berat. Kadar asam urat yang tinggi dalam serum juga berkaitan dengan pembentukan tofus yang lebih luas.
Tofus paling sering terjadi dalam sinovium, bursa olekranon, tulang subkondrium, tendon infrapatela serta Achilles, jaringan subkutan pada permukaan ekstensor lengan bawah dan sendi-sendi. Tofus juga pernah ditemukan dalam dinding aorta, katup jantung, kartilago nasal serta telinga, kelopak mata, kornea dan sklera.
Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal dapat terjadi pada penderita gout. Risiko urolitiasis akan meningkat pada penderita gout.
Insidensi batu renal dua kali lebih besar pada penderita gout sekunder ketimbang pada penderita gout primer. Pembentukan batu berhubungan dengan peningkatan kadar asam urat serum, keasaman urin dan pemekatan urin.