A. Konsep Dasar Penyakit
1. Defenisi
Glomerulonefritis merupakan peradangan pada glomerulus yaitu organ kecil di ginjal yang berfungsi sebagai penyaring. Glomerulus berfungsi membuang kelebihan cairan, elektrolit dan limbah dari aliran darah dan meneruskannya ke dalam urin.Glomerulonefritis dapat menyerang secara mendadak dan menyebabkan peradangan kronis secara bertahap.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Jika yang terjadi hanya glomerulonefritis saja, maka biasa disebut glomerulonefritis primer. Jika penyakit lain seperti lupus atau diabetes adalah penyebabnya, maka disebut glomerulonefritis sekunder. Jika parah atau berkepanjangan, radang akibat glomerulonefritis dapat merusak ginjal.
Tanda dan gejala glomerulonefritis tergantung pada bentuk dan penyebabnya. Tanda dan gejalanya termasuk :
1. Urin berwarna pink atau berwarna seperti kola akibat sel darah merah masuk dalam urin (hematuria)
2. Urin berbusa karena kelebihan protein (proteinuria)
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Pembengkakan di wajah, tangan, kaki dan perut
5. Kelelahan akibat anemia atau gagal ginjal
2. Epidemiologi/insiden kasus
– Diperkirakan pada lebih dari 90% anak-anak yang menderita penyakit ini sembuh sempurna
– Pada orang dewasa prognosisnya kurang baik (30% sampai 50%).
– 2% sampai 5% dari semua kasus akut mengalami kematian
– Sisa penderita lainnya dapat berkembang menjadi glomerulonefritis progesif cepat/kronik.
3. Etiologi
Glomerulanefritis disebabkan oleh kuman streptocuccus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25 dan 29.
4. Patofisiologi
Diawali dari infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A tipe 12,4,16,25,29 yang terjadi pada tenggorokan dan kadang-kadang pada kulit. Setelah masa laten 1 sampai dengan 2 minggu infeksi ini menimbulkan reaksi antibodi dengan antigen khusus dari streptococcus yang merupakan unsur membrana plasma spesifik khusus, yang menimbulkan kompleks antigen-antibodi dalam darah yang bersirkulasi kedalam glomerulus yang terperangkap dalam membran basalis yang mengakibatkan terjadinya distensi yang merangsang terhadap reflek reno-intestinal dan proksimili anatomi meningkat sehingga timbul anoreksia, mual ,muntah. Kompleks tersebut juga akan terfiksasi sehingga mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi terjadi fagositosis dan pelepasan enzim lisosom yang merusak endotel dan membrana basalis glomerulus.
Respon dari lesi tersebut timbul proliferasi. Sel-sel endotel yang diikuti oleh sel-sel mesangium dan sel-sel epitel akibatnya menimbulkan kebocoran kapiler glomerulus maka protein dan sel darah merah dapat keluar bersama kemih yang sedang dibentuk ginjal timbul protenuria, hematuria, albuminuria, oliguria. Dengan penurunan ureum mengakibatkan pruritus ,hematuria menimbulkan anemia, kadar hb menjadi menurunyang menyebabkan mengeluh sesak.
Albuminuria mengakibatkan hipoalbumenia yang berpengaruh pada sistem imun mengakibatkan tekanan osmotik menurun mempengaruhi transudasi cairan ke interstitiil mengakibatkan edema. Selain menimbulkan, kerusakan kapiler generalit, proliferasi dan kerusakan glomerulus dapat mempengaruhi GFR yang mengalami penurunan sehingga aldosteron meningkat terjadi retensi Na+ dan air sehingga menimbulkan edema. Retensi air mempengaruhi ECF yang meningkat sehingga memicu terjadi hipertensi. Selain itu hipertensi juga dapat diakibatkan dari aktivitas vasodepresor yang meningkat sehingga terjadi vasospasme.
5. Klasifikasi
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3 :
a. Difus
Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal ginjal kronik. Bentuk klinisnya ada 3 :
1) Akut
Jenis gangguan yang klasik dan jinak, yang selalu diawali oleh infeksi stroptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis glomerulus dan perubahan proliferasif seluler.
2) Sub akut
Bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat, ditandai dengan perubahan-perubahan proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga dapat mengakibatkan kematian akibat uremia.
3) Kronik
Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan sklerotik dan abliteratif pada glomerulus, ginjal mengisut dan kecil, kematian akibat uremia.
b. Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
c. Lokal
Hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.
6. Gejala-gejala klinis
– Proteinuria
– Hematuria
– Digouria
– Odema
– Hipertensi
– Rasa lelah
– Anoreksia
– Demam
– Sakit kepala
– Mual, muntah
7. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
– Dilakukan pengukuran berat badan
Berat badan biasa ditemukan meningkat.
– Dilakukan pengukuran tekanan darah biasa terjadi peningkatan tekanan darah.
– Tampak odema
– Tampak pruritus
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Urine
Terdapat protein (proteinuria), terdapat darah (hematuria), albuminuria, urine tampak kemerah-merahan seperti kopi.
Secara mikroskopik : sedimen kemih tampak adanya silindruria (banyak silinder dalam kemih), sel-sel darah merah dan silinder eritrosit.
Berat jenis urine biasnaya tinggi meskipun terjadi azotemia.
2) Biakan kuman (sediaan dari suab tenggorokan dan tites antistreptolisin/ASO) untuk tentukan etiologi streptococcus.
3) Darah
Laju endapan darah meningkat, kadar Hb menurun.
b. Test gangguan kompleks imun
c. Biopsi ginjal
Untuk menegakkan diagnosis penyakit glomerulus.
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
a. Nefritis lokal
b. Oklusi arteri renalis dan trombosis vena renalis
c. Gagal jantung/hati
d. Endokarditis bakterialis
e. Lesi obstruktif dari traktus urinarius dan hidronefrosis
10. Theraphy
a. Pemberian penisilin untuk mengurangi penyebaran infeksi streptpcoccus
b. Antihipertensi (diet garam)
c. Diuretik
d. Plasmaferesis
e. Pengaturan dalam pemberian cairan
(perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit).
Pemberian diet rendah protein, rendah garam.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data subyektif :
– Pasien mengeluh mual
– Anoreksia
– Muntah
– Mengeluh demam
– Mengeluh sakit kepala/pusing
– Mengeluh sesak
Data subyektif:
– Tampak odema
– Muntah
– Pada saat disentuh teraba hangat
– Albuminuria
– Hematuria
– Proteianuria
– Oliguria
– Tampak lemah
– Tekanan darah meningkat
– Tampak bertanya-tanya tentang keadaannya
– Tampak penambahan berat badan
– Peningkatan tekanan darah
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi ditandai oleh pasien mengeluh sesak.
b. Perubahan pola eleminasi urinarius berhubungan dengan penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih sekunder terhadap infeksi ditandai dengan oliguri/anuria
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme regulator (gagal ginjal) dengan potensi air ditandai oleh aliguria, edema, peningkatan berat badan.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan imunologi.
e. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
f. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit (edema), pruritus.
g. Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi ditandai oleh demam.
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai oleh pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan salah konsep.
3. Perencanaan
a. Tindakan/intervensi-rasional-kriteria evaluasi
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi ditandai oleh pasien mengeluh sesak
Tindakan/intervensi Rasional
a) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada – Frekuensi nafas biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas. Ekspansi dada yang terbatas menandakan adanya nyeri dada
b) Tinggikan posisi kepala dan bantu bantu dalam mengubah posisi – Posisi kepala lebih tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi meningkatkan pengisian segmen paru yang berbeda sehingga memperbaiki difusigas
c) Membantu pasien mengatasi ketakutan dalam bernafas – Perasaan takut bernafas meningkatkan terjadi hipoksemia
d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan – Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
Kriteria evaluasi yang diharapkan :
– Menunjukkan pola nafas efektif, sesak berkurang atau hilang
2) Perubahan pola eleminasi urinarius berhubungan dengan kapasitas atau iritasi kandung kemih sekunder terhadap infeksi ditandai oleh oliguria/anuria
Tindakan/intervensi Rasional
a) Catat keluhan urine (sedikit penurunan/ penghentian aliran urine tiba-tiba) – Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan obstruksi/disfungsi
b) Observasi dan catat warna urine, perhatikan hematuria – Urine dapat agak kemerahmudaan
c) Awasi tanda-tanda vital – Indikator keseimbangan cairan menunjukkan tingkat hidrasi dan keefektifan therapi penggantian cairan
d) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena – Membantu mempertahankan hidrasi/sirkulasi volume adekuat dan aliran urine.
Kriteria evaluasi yang diharapkan :
– Menunjukkan aliran urine terus-menerus dengan haluaran urine adekuat untuk situasi individu
3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme regulator (gagal ginjal) dengan potensi air ditandai oleh aliguria, edema, peningkatan berat badan.
Tindakan/intervensi Rasional
a) Awasi denyut jantung, tekanan darah – Takikardia dan hipertensi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine dan pembatasan cairan berlebihan selama mengobai hipovolemik/hipotensi.
b) Catat pemasukan dan pengeluaran adekuat – Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan risiko kelebihan cairan.
c) Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema – Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
d) Awasi pemeriksaan laboratorium seperti BUN/kreatinin – Mengkaji berlanjutnya dan penanganan disfungsi/gagal ginjal
e) Berikan/batasi cairan sesuai indikasi – Manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sumber ditambah perlaraan kehilangan yang tak tampak
f) Kolaborasi dalam pemberi piuretik – Diberikan pada fase oliguria dan meningkatkan volume urine adekuat
Kriteria hasil yang diharapkan
– Menunjukkan haluaran urine tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium mendekati normal, berat badan stabil, tanda vital dalam batas normal, tidak ada odema.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan imunologi.
Tindakan/intervensi Rasional
a) Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan staf – Menurunkan risiko kontamiasi silang
b) Hindari prosedur, instrumen dan manipulasi kateter tidak menetap, gunakan teknik aseptik bila merawat/memanipulasi IV – Membatasi introduksi bakteri ke dalam tubuh, deteksi dini/pengobatan terjadinya infeksi dapat mencegah sepsis
c) Berikan perawatan kateter dan tingkatkan perawatan kateter dan tingkatkan perawatan perionatal – Menurunkan kolonisasi bakteri dan risiko 15K asenden
d) Kaji integritas kulit – Ekskoriasi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder
e) Awasi tanda vital – Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dari proses inflamasi.
f) Ambil spesimen untuk kultur dan sensitivitas dan berikan antibiotik tepat sesuai indikasi – Memastikan infeksi dan identifikasi organisme khusus, membantu memilih pengobatan infeksi paling efektif.
Kriteria evaluasi yang diharapkan :
– Tidak mengalami tanda/gejala infeksi
5) Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Tindakan/intervensi Rasional
a) Kaji/catat pemasukan diet – Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet
b) Berikan makan sedikit dan sering – Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik/menurunnya peristaltik
c) Berikan pasien/orang terdekat daftar makanan – Memberiakn pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet.
d) Tawarkan perawatan mulut sering – Membran mukosa menjadi keringan dan pecah perawatan mulut menyejukkan, membantu menyegarkan rasa mulut.
e) Timbang berat badan tiap hari – Mengetahui status gizi pasien
Kriteria hasil yang diharapkan:
– Mempertahankan/emingkatkan berat badan seperti yang diindikasikan oleh situasi individu, bebas edema.
6) Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi ditandai oleh demam
Tindakan/intervensi Rasional
a) Pantau suhu pasien perhatikan menggigil – Membantu dalam menentukan dalam diagnosis
b) Pantau suhu lingkungan – Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
c) Berikan kompres air hangat – Dapat membantu mengurangi demam.
d) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik – Digunakan untuk mengurangi demam
Kriteria hasil yang diharapkan :
– Menunjukkan suhu dalam batas normal
7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit (edema), pruritus.
Tindakan/intervensi Rasional
a) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler – Menandakan area sirkulasi buru/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
b) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa – Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integrasi jaringan pada tingkat seluler
c) Insnpeksi area tergantung terhadap odema – Jaringan edema lebih cenderung rusak/robek
d) Ubah posisi dengan sering – Menurunkan tekanan pada odema, jaringan denagn perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e) Berikan perawatan kulit – Iosion dan salep mungkin dinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
Kriteria hasil yang diharapkan :
– Menunjukkan perilaku/tehnik untuk mencegah kerusakan/cedera kulit.
8) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai oleh pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan salah konsep.
Tindakan/intervensi Rasional
a) Kaji ulang proses penyakit prognosis dan faktor pencetus bila diketahui – Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi
b) Diskusikan/kaji ulang penggunaan obat. Dorong pasien untuk mendiskusikan semua obat – Obat yang terkonsentrasi/ dikeluarkan oleh ginjal dapat menyebabkan reaksi kerusakan permanen pada ginjal
c) Tekankan perlunya perawatan evaluasi, pemeriksaan laboratorium – Fungsi ginjal dapat lambat sampai gagal akut dan defisit dapat menetap, memerlukan perubahan dalam terapi untuk menghindari kekambuhan/komplikasi
Kriteria hasil yang diharapkan :
– Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, prognosis dan pengobatan.
– Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala proses penyakit dan gejala yang berhubungan dengan faktor penyebab.
– Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi pada program pengobatan.